Minggu, September 14, 2025

Antara Propaganda dan Kelaparan Nyata

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
- Advertisement -

Saat perang di Gaza terus berkecamuk, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menemukan dirinya semakin terisolasi di panggung global. Daftar negara yang secara terbuka mengecam konflik tersebut terus bertambah panjang. Dalam sebuah langkah penting yang menunjukkan pergeseran sentimen internasional, Arab Saudi dan Italia baru-baru ini secara tegas menolak kekerasan yang terjadi.

Pertemuan antara menteri luar negeri Italia dan Arab Saudi di Roma menjadi momen penting. Selain memperkuat hubungan bilateral, para pemimpin ini secara langsung membahas perang Israel-Hamas. Mereka mengeluarkan deklarasi bersama yang menentang keras pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza. Deklarasi ini mendesak Israel untuk menghormati prinsip-prinsip hukum internasional mengenai non-transfer dan non-pengusiran.

Pernyataan bersama ini muncul pada saat yang genting. Sebelumnya, militer Israel telah mengeluarkan peringatan bahwa evakuasi paksa Kota Gaza tidak bisa dihindari. Israel sendiri telah mengumumkan rencana untuk melancarkan serangan besar-besaran di kota tersebut, yang mereka yakini sebagai benteng terakhir Hamas.

Saat ini, sekitar setengah dari populasi Gaza, yang terdiri dari lebih dari dua juta penduduk, telah mengungsi setidaknya satu kali akibat konflik. Meskipun pemindahan paksa ini telah lama didukung oleh Perdana Menteri Israel Netanyahu dan mantan Presiden AS Donald Trump sebagai cara untuk mengakhiri perang, tekanan global terhadap kebijakan ini terus meningkat.

Pemerintah Arab Saudi dan Italia kini turut menyuarakan keprihatinan mendalam atas krisis kemanusiaan yang semakin parah di wilayah kantong tersebut. Mereka mendesak agar bantuan dan pasokan vital dapat diakses tanpa hambatan. Situasi semakin kritis karena, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lebih dari setengah juta orang di Gaza terjebak dalam kondisi kelaparan yang sengaja dibuat oleh manusia, yang merupakan akibat langsung dari kebijakan negara.

Seorang warga Gaza menggambarkan situasi mengerikan ini dengan berkata, “Karena kelaparan, karena tidak ada makanan atau minuman, orang harus mencari bantuan. Saat ini, tidak ada uang. Siapa yang bisa membeli makanan atau minuman? Tidak ada yang punya uang, jadi mereka harus pergi ke Zikim.”

Meskipun demikian, Netanyahu terus membantah klaim adanya kelaparan di Gaza. Ia menuduh bahwa laporan tentang kelaparan tersebut hanyalah bagian dari kampanye propaganda yang dilancarkan oleh Hamas.

Meskipun dunia semakin menyoroti krisis kemanusiaan di Gaza, Netanyahu tetap bersikeras pada pendiriannya. Dalam pernyataannya yang penuh tantangan, ia menuduh bahwa klaim kelaparan di Gaza adalah “kebohongan yang tidak tahu malu” dan bagian dari “pertempuran untuk kebenaran.” Ia dengan tegas membantah adanya kebijakan kelaparan dan bersikeras bahwa tidak ada kelaparan di wilayah tersebut.

Pernyataan Netanyahu ini muncul tak lama setelah serangan mengerikan terhadap sebuah rumah sakit di Gaza. Insiden tersebut menewaskan 20 orang, termasuk lima jurnalis, memicu gelombang kecaman internasional. Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, secara langsung memberikan tanggapan keras. Ia menyatakan bahwa dunia tidak bisa lagi berdiam diri di hadapan “reaksi yang telah melampaui prinsip proporsionalitas” dan merenggut nyawa tak bersalah. Meloni juga menyoroti bahwa kekerasan ini bahkan telah merugikan komunitas Kristen yang selama ini menjadi penstabil di kawasan, serta membahayakan prospek solusi dua negara.

Sejalan dengan tuntutan internasional, Arab Saudi dan Italia bersatu menyerukan pembebasan segera semua sandera Israel dan diakhirinya perang. Mereka mengusulkan solusi politik yang terikat waktu untuk mencapai perdamaian yang adil. Selain itu, Riyadh dan Roma juga menuntut agar Israel segera melepaskan pendapatan pajak Palestina yang telah ditahan, yang dikumpulkan atas nama Otoritas Palestina. Kedua negara ini juga mengecam tindakan sepihak dan kekerasan Israel di Tepi Barat yang mereka anggap merusak fondasi solusi dua negara.

- Advertisement -

Sebagai bagian dari seruan yang lebih luas untuk perdamaian, dunia internasional secara tegas menuntut lima hal kunci dari Israel. Pertama, mereka menyerukan agar Israel segera menghentikan serangan militernya. Kedua, mendesak Israel untuk mengakhiri pendudukan militer di Gaza. Ketiga, meminta penghentian total perluasan permukiman di Tepi Barat. Keempat, menuntut agar Israel mengizinkan akses penuh dan tanpa hambatan bagi bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Dan terakhir, menyerukan agar Israel bekerja sama dengan negara-negara Arab untuk membangun kerangka kerja yang akan membawa stabilitas dan keamanan di kawasan tersebut.

Meskipun tekanan politik dari berbagai negara terus meningkat, serangan militer Israel terhadap Gaza tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Menurut otoritas kesehatan di Gaza, kampanye ini telah merenggut nyawa lebih dari 62.000 warga Palestina dan mengubah sebagian besar wilayah tersebut menjadi puing-puing. Seiring dengan berlanjutnya perang antara Israel dan Hamas, korban jiwa yang tak berdosa terus berjatuhan, menunjukkan betapa besarnya harga yang harus dibayar oleh warga sipil dalam konflik ini.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.