Sabtu, April 20, 2024

Tentang Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah Jilid II

Moh. Shofan
Moh. Shofan
Direktur Riset MAARIF Institute, Aktivis Muhammadiyah yang sedang menempuh program Doktoral pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Belakangan ini saya sering berdiskusi dengan teman-teman yang berhimpun di Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM). Kami mendiskusikan berbagai problema, isu-isu mutakhir, guna menyegarkan kembali wacana pemikiran Islam yang dirasa mulai lesu di organisasi berlambang matahari terbit ini.

Dulu, kelahiran JIMM oleh sebagian kalangan warga Muhammadiyah dituduh sebagai komunitas yang tidak sesuai dengan “suara resmi” Muhammadiyah. Keberadaannya dianggap sebagai “benalu” yang harus disingkirkan.

Mereka menilai, secara teologis JIMM sudah keluar dari sumber otoritatif Islam, yakni al-Qur’an dan Hadis. Dan tentu masih banyak stigma negatif lain yang disematkan kepada JIMM yang anggotanya dari kaum muda terdidik.

Nah, sebagai komunitas yang tidak ada hubungan secara struktural dengan Muhammadiyah—sekalipun personel-personel JIMM aktivis Muhammadiyah—kiprah intelektual JIMM tidak bisa dianggap enteng.

Sudah banyak karya akademik yang lahir dari rahim intelektual anak-anak muda ini. Tak heran, jika Intelektual sekaliber Buya Syafii Maarif, Moeslim Abdurrahman (almarhum, lahu ’l-fatihah) dan Amin Abdullah, tiada henti-hentinya mendorong anak-anak muda progresif ini untuk terus berkarya dan melakukan terobosan intelektual.

Anak-anak muda ini terus mendorong agar Muhammadiyah membuka diri terhadap pikiran-pikiran progresif, sehingga tidak menjadi organisasi Islam yang eksklusif-tekstualis. Anehnya, sejauh yang saya lihat, para elite Muhammadiyah belum memberikan ruang kebebasan sepenuhnya untuk berwacana dan mengekpresikan ide-idenya.

Dan, saya kira, karena alasan itulah kaum muda Muhammadiyah lebih memilih ”jalan lain” di luar organisasi, meskipun juga tak berarti terhindar dari benturan-benturan dengan kelompok konservatif yang berada di internal Muhammadiyah.

Sisi lain, kondisi yang tampak adalah kurangnya intensitas pertemuan antara generasi muda dengan generasi tua. Bahkan ada kesan generasi tua merasa sudah begitu senior, bahkan lebih superior dibanding generasi mudanya.

Sangat wajar jika sampai hari ini ketegangan antara kaum tua yang lebih puritan dan kaum muda yang lebih dinamis masih sangat terasa. Kondisi seperti ini seharusnya tak boleh terjadi, sebab masa depan Muhammadiyah tak cukup dibebankan hanya kepada kaum tua.

Perkembangan wacana pemikiran Islam yang demikian cepat makin menjelaskan bahwa gaya konservatif tidak lagi memadai untuk merespons masalah aktual yang terus bergulir. Lambatnya kaum konservatif Muhammadiyah merespons masalah-masalah aktual, salah satunya disebabkan oleh adanya monopoli tafsir. Kecenderungan ini merupakan kensekuensi logis dari klaim kebenaran yang menyebabkan sakralisasi terhadap tafsir keagamaan.

Anak-anak muda ini terus melakukan terobosan dengan mengangkat gerakan intelektual di tengah arus perubahan politik yang demikian cepat. Merumuskan kembali prinsip purifikasi dan dinamisasi Islam dengan berbagai problem dan perkembangan zaman.

Anak-anak muda Muhammadiyah perlu kembali mewarnai kembali tradisi progresif-liberal KH Ahmad Dahlan sebagai the founding father Muhammadiyah. Mereka perlu melanjutkan ijtihad kaum modernis pada level yang lebih populis.

Saatnya, Muhammadiyah mempelopori kembali gerakan pembaharuan keagamaan dan transformasi sosial di Indonesia. Segera!

Kolom terkait:

Menyegarkan Kembali Pemikiran Islam: Dimulai dari Mana?

AM Fatwa adalah Api di Luar Sekam

Darurat Demokrasi, Anti-Intelektualisme, dan Moralitas Budak

Muhammadiyah dan Tantangan Jihad Digital

Menjadi Muhammadiyah Milenial

Moh. Shofan
Moh. Shofan
Direktur Riset MAARIF Institute, Aktivis Muhammadiyah yang sedang menempuh program Doktoral pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.