Selasa, April 23, 2024

Leuit: Ekonomi Gotong Royong

Mukhaer Pakkanna
Mukhaer Pakkanna
Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) Jakarta

Beberapa bulan terakhir, bencana alam selalu mengakrabi masyarakat kita. Gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, longsor, dan lainnya adalah musibah yang seolah dekat dalam ketidakpastian. Di pelbagai wilayah di Tanah Air, banyak kearifan lokal yangdijadikan modal sosial (social capital) untuk mengatasi musibah itu.

Tatkala terjadi musibah longsor di Kampung Garehong, Dusun Cimapag, Desa Sirnaresmi Sukabumi Jawa Barat pada penghujung 2018 misalnya, leuit atau lumbung padi menjadi instrumen solutifnya. Leuit bukan sekadar tempat penyimpanan hasil panen bagiwarga Kampung Garehong. Bangunan yang berbentuk rumah panggung itu juga menjadi simbol ketahanan pangan yang teruji saat bencana datang.

Pada saat musibah longsor mengepung, warga lokal pun saling membantu. Bantuan bukan dalam bentuk uang. Tapi menolong agar kebutuhan makan dan tempat tinggal korban untuk sementara harus bisa terpenuhi.

Karena bencana tidak bisa ditebak, leuit menjadi jaminan kalau dalam posisi terdesak kebutuhan makan tetap terpenuhi. Tradisi leuit adalah tradisi kearifan lokal masyarakat. Di Minangkabau dikenal dengan istilah Rangkiang, di Tanah Toraja dikenal Alang, di Lombok dikenal Sambik dan seterusnya.

Tradisi ini tentu mengingatkan kita pada spirit gotong royong. Spirit ini dianggap salah satu akar peradaban bangsa Indonesia. Semangat gotong royong dalam tradisi leuit, terlihat tatkala penduduk desa (pemilik lahan) dengan sukarela menyimpan hasil penennya dalam lumbung.

Perangkat desa (adat) dapat memberikan akses terhadap cadangan padi lumbung kepada pemilik lahan yang menyerahkan hasil panennya, serta sanksi berupa pelarangan akses terhadap cadangan padi lumbung kepada pemilik lahan yang tidak menyetorkan hasil penennya.

Kepemilikannya tentu dipegang oleh setiap keluarga atau secara kolektif oleh desa. Dalam kearifan lokal, lumbung dianggap sebagai simbol kekayaan bagi pemiliknya. Penyimpanan padi secara kolektif dapat menumbuhkan sikap gotong royong sesama warga desa.

Selain itu, lumbung ini dapat menstabilkan ketersediaan pangan, keguyuban warga danpola tanam yang teratur. Maka tidak mengherankan, jika Bung Karno pernah menyebutkan, Pancasila jika diperas akan menjadi Trisila, dan Trisila diperas lagi menjadi Ekasila, yakni spirit gotong royong.

Kearifan Lokal

Khasanah gotong royong ini sejatinya merupakan reproduksi dari kearifan lokal masyarakat. Kearifan lokal ini bisa menjadi modal sosial dalam membangun ekonomi lokal. Ekonomi nasional bisa berjalan kokoh dan berkesinambungan di atas pondasi ekonomi lokal yang kuat. Kearifan, menurut Sternberg dalam Why Schools Teach for Wisdom: The Balance Theory of Wisdom in Educational Settings (Mahpur, 2008), menyebutkan bahwa kearifan dapat dijelaskan dalam cakupan Tacit Knowledge (TK).

TK merupakan jantungnya kearifan. Ia adalah pengetahuan informal yang tidak diajarkan di sekolah, seperti tradisi di manapengetahuan formal dipelajari dan diprioritaskan. Kearifan akan memediasi nilai yang disokong kinerja inteligensi praktis. Kearifan lokal, termasuk spirit gotong royong, sebuah sistem dalam tatanan kehidupan sosial, politik, budaya, ekonomi dan lingkungan yang hidup di dalam masyarakat lokal.

Karakter khas yang inheren dalam kearifan lokal yakni sifatnya dinamis, kontinyu dandiikat dalam komunitasnya. Karena itu, dalam kearifan lokal dikenal adanya sanksi bagi anggota masyarakat yang dianggap melanggar tata kehidupan yang disepakati. Jadi, kearifan lokal merupakan common-sense bagi masyarakatnya.

Intinya, dalam kearifan lokal mengejawantah dalam bentuk seperangkat aturan, pengetahuan dan keterampilan serta tata nilai dan etika yang mengatur tatanan sosial komunitas yang terus hidup dan berkembang dari generasi ke generasi.

Dalam kasus kearifan ekonomi lokal, pola kerja Lembaga Keuangan Mikro (LKM)terutama Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang selama ini dilakukan masyarakat di Kabupaten Gianyar Bali menjadi contoh menarik. Dalam studi Arsyad (2008) menyebutkan dalam membangun ekonomi lokal, dibutuhkan kearifan lokal.

Karena itu, keberhasilan LPD di Gianyar karena mampu memadukan kearifan lokal yang bersifat informal dan tata kelola LPD melalui pendekatan formal. Pendekatan informal melalui penguatan nilai, norma dansanksi sosial. Pola ini sejatinya sudah bersemayam dalam kearifan lokal di berbagaikehidupan masyarakat lokal di beberapa daerah lain.

Sementara pendekatan formal melalui membangun tata kelola LPD yang mencakup organisasi, prosedur rekruitmen, mekanisme simpan pinjam, dan sistem renumerasi. Pola pengembangan LPD Gianyar ini ternyata telah berhasil mengakselerasi peningkatan PDRB Gianyar dan mampu memacu pembangunan ekonomi lokal melalui peningkatan kebiasaan menabung, menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan tingkat monetisasi di masyarakat lokal.

Pola Gianyar menjadi kasus menarik bagaimana pengembangan masyarakat (community development) perlu memperhatikan pengetahuan dasar masyarakat asli secara historis dan sosio-budaya. Dan bagaimana pengetahuan itu membentuk pengalaman. Tatkala pengalaman dan pengetahuan historis ini dicoba dipaksakan niscaya pengetahuan dan komunitas lokal kerap tersingkir sebagai kelompok marjinal.

Dalam konteks itulah, pendekatan informal dan formal seperti yang dilakukan di Gianyar bisa menjadi solusi. Solusi itulah yang membuat budaya pertanian Subak di Bali yang merupakan warisan budaya, basis pertanian, yang mengenal tradisi palemahan,
pawongan dan parahyangan memicu peningkatan kesejahteraan masyarakat pertanian.

Demikian juga pada kasus tradisi perahu Sendeq suku Mandar di Sulawesi Barat, telah menstimulasi peningkatan ekonomi masyarakat nelayan. Lautan yang dalam merupakan halaman rumah-rumah suku Mandar. Begitu mereka bangun dari tidur langsung disapa gemuruh air laut dan dibelai semburan angin laut.

Kondisi inilah yang mengajarkan masyarakat Mandar untuk beradaptasi dan survival membangun ekonominya secara kontinyu. Nyaris mirip suku Mandar, kehidupan nelayan Desa Bendar Juwana Pati Jawa Tengah juga memiliki pola yang sangat kreatif mengembangkan kearifan lokal ekonominya.Hubungan kekerabatan, gotong royong, dan persaudaraan menjadi titik pijak membangun komunitasnya.

Bahkan, kaum perempuan dilibatkan dalam proses produksi dan penjualan hasil tangkap. Dan yang lebih penting hilangnya ”linta darat” diganti pola lembaga keuangan sederhana yang didasarkan sistem bagi hasil. Realitas seperti itulah, meneguhkan kearifan ekonomi lokal untuk terus dikembangkan.

Namun, perlu pendekatan formal yang tidak mencerabut keaslian pengetahuan dasar masyarakat lokal. Setidaknya perlu dilakukan, pertama, membangun institusi ekonomi lokal. Secara teoritik, salah satu stimulasi pengembangan ekonomi masyarakat adalah institusi yang baik, termasuk unsur kearifan lokal sebagai salah satu basis rule of the game.

Keberhasilan pola LPD di Gianyar dan Desa Benda Juwana dengan pengembangan lembaga kredit mikronya menguatkan peran kearifan lokal ini dalam penerapan aturan main pada institusi sebagai modal sosial. Kedua, perlunya political will pemerintah untuk melakukan kemitraan dengan kelompok-kelompok pendamping masyarakat lokal.

Pola penggelontoran dana yang galib dilakukan pemerintah selama ini tanpa mempertimbangkan faktor sosial-budaya lokal diyakini akan memboroskan anggaran negara. Dalam konteks itulah, pendekatan ”proyek” harus digantikan dengan pendekatan partisipatif yang berjalan berkesinambungan.

Koentjaraningrat (1994) menegaskan harus digali nilai kearifan lokal sebagai praktik dinamika dalam mendorong mentalitas membangun, niscaya ia akan merangkai capaian membangsa sebagai semangat kreatifitas, tanggung jawab, pencapaian kebahagiaan masa depan yang dihidupi oleh mentalitas lokal. Sprit inilah yang akan memacu penguatan ekonomi nasional di atas kokohnya kearifan ekonomi lokal yang berkarakter gotong royong.
Ciputat, 2 Februari 2019

Mukhaer Pakkanna
Mukhaer Pakkanna
Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) Jakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.