Umat Islam di Indonesia sering berpikir bahwa merekalah yang sering menjadi sasaran pelecehan dan kebencian di dunia ini. Dalam hal ini mereka merujuk rezim Cina yang memusuhi suku Uighur, umat Islam di Palestina yang kehilangan tanah airnya, dan masih banyak contoh lagi.
Anehnya, dulu Amerika dianggap musuh umat Islam yang paling berbahaya, kini, umat Islam Indonesia menjadikan Cina sebagai ancaman terbesarnya. Namun sayangnya, mereka mendasarkan penilaiannya lebih pada perasaan belaka daripada data yang berbicara. Berdasarkan asumsi umat Islam ini, lalu dikembangkan sebuah wacana bahwa umat Islam adalah umat yang paling dikorbankan di muka jagad ini?
Saya ingin membahas benarkah umat Islam itu lebih mengalami penderitaan (dimusuhi) dibandingkan umat beragama lain? Sejarah telah memberitahukan kita bahwa umat Islam ternyata adalah umat penakluk dunia. Wilayah-wilayah yang dihuni oleh orang-orang Nasrani, Yahudi dan agama-agama lokal lain, dengan cepat ditaklukkan oleh dinasti-dinasti Islam.
Dari masa Umar bin Khattab yang memulai penaklukan atas wilayah-wilayah Kristen dan Yahudi sampai kepada dinasti Umayyah, Abbasiyah dan Turki Osmani. Penaklukkan kekuatan Islam atas wilayah-wilayah geografi non-Muslim bukan fiksi namun ini kenyataan sejarah.
Begitu luas kekuasaan umat Islam, maka para penguasa Islam pada saat itu perlu membuat semacam aturan umum tentang kehidupan orang-orang non-Muslim di bawah kekuasaan Islam. Bagaimana non-Muslim memenuhi kewajiban mereka pada negara dan bagaimana hubungan non-Muslim dengan umat Muslim di wilayah Muslim. Pada abad pertengahan kemudian muncullah konsep Dar al-Islam dan Dar al-Harbi, wilayah Islam dan wilayah non-Islam, non-Muslim dzimmi (di bawah protectorat Islam) dan non-Muslim harbi (boleh diperangi). Sebagian besar umat Islam menganggap bahwa konsep ini muncul sejak awal Islam. Katakanlah, sejak zaman Nabi. Ternyata tidak.
Umat Islam Indonesia selalu mengingat bahwa umat Kristenlah yang menyebabkan mereka lemah. Ingatan mereka selalu mentok pada Perang Salib. Umat Islam Indonesia tidak mau melihat bagaimana sejarah penaklukan para penguasa dan raja-raja dinasti Islam menaklukkan Kristen, Yahudi dan banyak lagi. Memiliki perasaan terkalahkan oleh Kristen dengan merujuk pada Perang Salib adalah sesuatu yang sah dan wajar.
Namun, jika kita, umat Islam, melupakan aneksasi pada wilayah mereka adalah sikap yang kurang adil dan bijaksana. Merasa bahwa kita umat Islam lebih menderita dari Kristen atau umat beragama lain itu wajar, namun memiliki perasaan bahwa seluruh penderitaan umat Islam diakibatkan oleh agama lain—Kristen, Yahudi—atau oleh Cina dan Amerika, itu hal yang kurang sadar pada sejarah dan data-data di lapangan.
Ternyata, menurut beberapa data, umat Kristen adalah umat yang paling mengalami penderitaan di dunia ini. Bukan zaman dulu saja namun sampai zaman sekarang. Kita selalu bersikap bias bahwa Kristen dan Yahudi itu adanya di Amerika, Inggris, Eropa dlsb. Kita lupa bahwa mereka juga hidup di negara-negara Muslim.
Berdasarkan Pew Research Center 2015, permusuhan terhadap orang yang beriman memang mengalami peningkatan. Pada 2014, 23 persen dan pada 2017 menjadi 27 persen. Russia, Mesir, Nigeria adalah contoh negara-negara yang paling besar dalam menerapkan kebijakan restriksi atas mereka yang beriman.
Di Negeria, militan Islam, Boko Haram, dengan sengaja membunuh ratusan orang-orang Kristen. Orang-orang Koptik Kristen mengalami serangan yang luar biasa di Mesir. Pada tahun 2013, umat Kristen di 102 negara dari 198 mengalami tindakan pelecehan. Rekor ini di atas umat Islam di 99 negara dari 198 negara mengalami pelecehan. Data-data seperti ini yang sering luput dari umat Islam Indonesia yang menyebabkan mereka tidak tahu jika umat Kristen ternyata lebih menderita. Data ini diambil sebelum 2013.
Selain orang Kristen, Yahudi ternyata adalah umat beragama yang paling mendapat banyak pelecehan. Data Pew Research Center 2013 mengatakan jika 76 % orang Yahudi di Eropa mengalami pelecehan baik oleh orang-perorang maupun oleh kelompok sosial.
Balik lagi pada umat Kristen. Menurut Archbishop Tomasi, juru bicara Vatican, pernah memperkirakan jika ada 100,000 orang Kristen pertahunnya yang dibunuh di seluruh dunia. Dari tahun 2000 sampai 2010 jumlah mereka yang dibunuh mencapai 1 juta orang Kristen. Namun menariknya dari angka-angka di atas, bahwa umat Kristen yang dianggap dibunuh oleh orang-orang Islam itu ditolak oleh kebanyakan oleh para sarjana Kristen.
Korban-korban di atas itu terjadi dengan banyak latar belakang. Meskipun banyak korban orang Kristen di negeri-negeri berpenduduk Muslim, namun oleh kalangan sarjana Kristen menyatakan “belum tentu hal itu dilakukan oleh umat Islam” atas umat Kristiani. Umat Kristiani bisa saja terbunuh dalam perang sipil (civil war) sebagaimana terjadi di banyak negara di Afrika (baca Elizabeth Sakman Hurd, Beyond Religious Freedom: The New Global Politics of Religion, Princeton University Press: 2015).
Dalam catatan ini, saya hanya ingin memberikan ilustrasi bahwa meskipun umat Kristiani itu banyak terbunuh, bahkan melebihi umat Islam, namun narasi yang mereka kembangkan bukan narasi peperangan agama. Hal ini juga membawa saya pada pertanyaan; mengapa narasi Crusade dan perang agama lebih menggema di lingkungan umat Islam daripada umat Kristiani, padahal dari segi jumlah umat Kristiani yang terbunuh akhir-akhir ini lebih banyak dari jumlah umat Islam?
Mari kita umat Islam di Indonesia memberikan kasih sayang pada umat beragama lain, termasuk Kristen di sini, karena nasib kita di dunia ini ternyata lebih baik dibandingkan mereka. Mari kita membangun persahabatan antar umat beragama untuk mengurangi segala bentuk kekerasan dan pelecehan umat beragama. Bukankah Islam adalah agama rahmat bagi semua alam. Jangan kita membajak rahmat Islam untuk seluruh alam untuk kepentingan kita sendiri.