Penggunaan kendaraan pribadi di kota Jakarta yang semakin hari kian meningkat mengakibatkan kondisi lalu lintas di Ibu Kota bertambah buruk. Akibatnya, kemacetan yang tidak bisa dihindari kerap dijumpai di setiap jalan-jalan Jakarta. Karena itu, untuk mengurangi kemacetan tersebut, tarif transportasi publik yang ada di Jakarta diusulkan gratis atau tanpa dipungut biaya.
Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Industri Perdagangan dan Transportasi, Sutanto Suhodo, mengatakan transportasi publik di Jakarta pelayanannya memang belum baik. Moda transportasi seperti Transjakarta pelayanannya masih jauh dari harapan publik. Tarif Transjakarta yang tidak menarik dan jalur busway yang kerap tidak steril dari pengguna kendaraan pribadi kerap menjadi persoalan.
“Masyarakat kerap menunggu lama untuk bisa menaiki Transjakarta. Belum lagi dengan tarifnya, Rp 3.500, nyatanya belum membuat masyarakat tertarik. Memang seharusnya angkutan publik itu bukan hanya nyaman, tapi juga harus terjangkau. Jadi, yang paling ideal diberlakukan di Jakarta itu adalah menggratiskan angkutan umum,” kata Sutanto ketika ditemui di Jakarta, Senin (21/12).
Dia menjelaskan, tidak bisa dipungkiri masyarakat saat ini masih lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi ketimbang kendaraan umum. Karena itu, menggratiskan tarif angkutan umum merupakan cara yang perlu dilakukan agar masyarakat yang selama ini menggunakan kendaraan pribadi, terutama motor, bisa beralih menggunakan transportasi umum.
“Motor merupakan kompetitor utama bagi transportasi publik. Apalagi pertumbuhannya juga terus meningkat. Sebab, menggunakan sepeda motor jauh lebih murah dan fleksibel,” ujarnya. “Selain itu, dari segi waktu, menggunakan motor bisa lebih cepat ke tempat tujuan ketimbang menggunakan kendaraan umum.”
Maka tak heran, kata dia, jika saat ini banyak bermunculan fenomena baru, yaitu ojek berbasis aplikasi. Hal ini tentu semakin membuat deretan panjang permasalahan transportasi di Jakarta. Publik lebih memilih layanan ojek sepeda motor tersebut dan semakin meninggalkan layanan transportasi publik.
“Adanya fenomena baru itu lantas lalu lintas Ibu Kota semakin semrawut. Kemarin saja, misalnya, kecepatan rata-rata jalan di DKI Jakarta hanya sekitar 9 kilometer per jam. Saat ini bukan tidak mungkin kecepatannya akan semakin menurun,” katanya.