Jakarta, 4/8 – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan struktur pendanaan kereta ringan Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi yang minim menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara telah menarik minat perusahaan investasi asal Amerika Serikat Blackrock untuk ikut menanamkan modal.
Luhut saat meninjau proyek LRT Jabodebek di sisi ruas Tol Jagorawi di kawasan Cibubur, Jakarta, Jumat, mengatakan struktur pendanaan proyek tersebut menarik berkat perhitungan matang dengan tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return/IRR) yang tinggi.
“Saya ingin menginformasikan, Blackrock saja, salah satu manajer keuangan dunia yang punya kapitalisasi 5 triliun dolar AS itu sudah ingin masuk sini, ingin membiayai proyek ini. Karena ini sangat menarik,” katanya.
Mantan Menko Polhukam itu menuturkan struktur pendanaan dengan IRR tinggi itu diperoleh dari penggunaan teknologi persinyalan moving block yang memungkinkan rangkaian kereta bisa mengangkut lebih banyak penumpang. Ia bahkan menyebut hitungan penambahan penumpang dapat menghemat biaya total hingga Rp6 triliun.
“Fixed block yang diubah menjadi moving block itu menambah penumpang dari 260 ribuan per hari menjadi 475 ribu orang per hari. Akibatnya penghematan dilakukan di sana sini oleh tim, maka tim ini saya lihat bisa hemat Rp6 triliun,” katanya.
Efisiensi yang ada, juga dinilai membuat proyek tersebut sangat komersial ditambah dengan keterlibatan bank komersial dan jaminan pemerintah.
Kendati demikian, Luhut mengaku Blackrock masih mengkaji untuk masuk dalam pembiayaan proyek tersebut. Ia pun mengatakan perusahaan itu bisa masuk ke proyek mana saja karena itu artinya pemerintah bisa mengurangi proyek-proyek yang menggunakan anggaran negara.
“Mereka sih (masuk) mana saja selama mereka lihat pemerintah buat model bisnis seperti ini. Kami sendiri senang karena selama ini kami sangat banyak gunakan APBN. Dengan begini APBN bisa terkurangi dan kita bisa dapat leverage financing di luar,” katanya.
Proyek dengan struktur pendanaan minim APBN itu, lanjut Luhut, diharapkan nantinya bisa diterapkan untuk proyek serupa di wilayah padat penduduk seperti Bandung, Surabaya, Makassar, Semarang, atau Medan.
“Tidak perlu terlalu banyak mengandalkan APBN lagi, ini sukses, orang sudah melirik,” katanya.
Proyek LRT Jabodebek dikerjakan oleh Adhi Karya sebagai kontraktor dan PT KAI (Persero) sebagai investor sekaligus operator. Dana yang dibutuhkan untuk proyek tersebut mencapai Rp26,7 triliun yang terdiri atas anggaran negara melalui penyertaan modal negara (PMN) dan kredit perbankan.
Pemerintah menanggung sekitar Rp9 triliun dan sisanya didapatkan dari kredit perbankan dari Bank AMndiri, BRI, BNI, CIMB Niaga dan BCA.
(Sumber: Antara)