Jakarta, 7/8 – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan sekolah harus menyibukkan siswanya dengan kegiatan positif untuk mencegah radikalisme.
“Untuk dunia yang semakin tidak menentu ini, tidak ada jalan selain kembali pada jati diri bangsa,” ujar Muhadjir saat membuka Jambore Pelajar di Jakarta, Senin.
Terkait pola komunikasi di media sosial saat ini ia berpesan agar para siswa dapat menjaga diri dari godaan menyebarkan informasi palsu, fitnah, kebencian dan kemarahan.
“Kita seakan-akan berbicara dari hati, ternyata tidak pakai hati,” tuturnya. Dalam sambutannya kepada 100 pelajar terpilih dari 48 kota/kabupaten, dan 19 provinsi di seluruh Indonesia, Muhadjir mengingatkan para pelajar terpilih itu untuk menjaga semangat kebhinekaan.
Mendikbud berpesan agar para peserta jambore dapat saling berkomunikasi dengan baik, membangun jaringan untuk kemudian berkolaborasi untuk masa depan bangsa.
“Coba bayangkan dua puluh tahun dari sekarang, apa yang ingin anda lakukan untuk bangsa ini, bersama-sama,” ujar Muhadjir.
Direktur Eksekutif Maarif Institute, Muhammad Abdullah Darraz, mengungkapkan kegiatan jambore untuk remaja itu merupakan partisipasi aktif dalam upaya membangun karakter bangsa sesuai dengan karakter ideologi Pancasila.
Ia berharap jambore tersebut dapat membumikan nilai-nilai Pancasila yang menjadi dasar berbangsa dan bernegara. Lebih lanjut, Darraz menyampaikan salah satu pokok keprihatinan yang menjadi pembahasan khusus dalam jambore pelajar teladan bangsa kali ini. “Hoax dapat merapuhkan sendi-sendi kebangsaan kita. Potensial memecah belah bangsa. Kita ingin membangun kesadaran kritis, khususnya dari generasi muda, untuk dapat menyaring informasi,” kata Darraz.
Jambore Pelajar Teladan Bangsa diselenggarakan Maarif Institute bersama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) sejak 2012.
Tahun ini 100 orang peserta dipilih dari 300 orang pelajar di seluruh Indonesia. Dalam seleksi, para pelamar diminta untuk menyampaikan visi besar untuk Indonesia dalam bentuk esai.
Selama tujuh hari, mulai 6-12 Agustus 2017, para peserta jambore diajak untuk mengunjungi berbagai tempat-tempat bersejarah, tempat peribadatan, serta membangun kesetiakawanan sosial dengan mengunjungi panti sosial.
Peserta juga berkesempatan melakukan diskusi interaktif dengan tokoh publik, serta ikut menyuarakan kebhinekaan dalam kampanye publik di kawasan kota tua.
(Sumber: Antara)