Selasa, April 23, 2024

Melanjutkan Legacy Buya Syafii Maarif

MAARIF Institute dan P3M menggelar acara Halaqah Kebangsaan; Mengenang dan Melanjutkan Legacy Buya Syafii Maarif, pada 12 Juli 2022 di Hotel Bidakara, Gatot Subroto, Jakarta Selatan.

Kegiatan Halaqah kebangsaan ini, diawali dengan sambutan dari Abd. Rohim Ghazali, Direktur Eksekutif MAARIF Institute, dan Agus Mohammad dari P3M.

Rohim menyampaikan dalam pidato pembukaannya, bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah mengapresiasi sumbangan almarhum Buya Syafii, dan memikirkan pelanjutan visi dan cita-citanya sekarang dan di masa depan. “tujulan lain adalah mensosialisasikan dan menyemai pemikiran Ahmad Syafii Maarif dalam kontek keindonesiaan kontemporer”, Jelas Rohim.

Sementara Agus Mohamad, dari P3M, mengatakan bahwa pemikiran-pemikiran Buya Syafii tentang isu-isu keislaman, kemanusiaan dan keindonesiaan, dapat dijadikan sebuah ide yang sangat menarik yang tentu saja perlu dikembangkan, yakni bagaimana menerjemahkan pemikiran-pemikiran besar Buya Syafii dalam tataran praktis yang lebih aplikatif.

Kegiatan ini dirancang dalam bentuk diskusi dan tanya jawab yang akan diikuti oleh tokoh-tokoh lintas agama dari berbagai lembaga dengan total peserta kurang lebih 70 orang. Kegiatan ini, dibagi menjadi dua sesi.

Sesi pertama membincang tentang Problem Kebangsaan dan Kegelisahan Buya Syafii: Kebinekaan, Multikulturalisme, dan Masa Depan Kemanusiaan, dengn Prof. Dr. Abdul Mu’ti  (sekretaris Umum PP. Muhammadiyah) Prof. Dr. Siti Musdah Mulia (Feminisme Muslim, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dan Dr. Rumadi (Intelektual NU).

Sementara sesi kedua, membincang Keteladanan Buya Syafii dalam Penguatan Kebangsaan: Kesetaraan, Keadilan, dan Kesejahteraan, dengan narasumber Prof. Dr. Ahmad Najib Burhani (Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (IPSH) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Pdt. Sylvana Apituley (Wakil Presiden Dewan Gereja Reformasi se-Dunia), dan Trisno S. Sutanto (Masyarakat Dialog Antar Agama, MADIA, penulis buku Politik Kebhinekaan Esai Esai Terpilih).

Dalam pemaparannya, Prof. Mu’ti mengatakan bahwa rekam jejak kehidupan Buya Syafii patut kita teladani. Buya Syafii adalah sosok Muslim yang sangat patriotik, yang secara teguh dan konsisten berpegang teguh pada ajaran agamanya, namun dalam kesempatan yang sama Buya konsisten membela hak-hak penuh kewargaan warga negara dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Sementara Prof. Najib Burhani dan Trisno Sutanto, melihat Buya sabagai sosok pemikir yang berani dan berintegritas. Yang paling menyita perhatian Buya Syafii, menurut Prof Najib, adalah tingkah pongah para elit yang “tuna visi dan misi”.

“Para politisi hanya mengedepankan kepentingan pragmatis, sembari dalam waktu yang bersamaan, abai terhadap hak-hak hidup masyarakat. Apalagi yang paling membuat geram tatkala sekelompok elit itu menggunakan isu-isu SARA demi memenuhi syahwat politiknya. Buya adalah cermin moral yang sebenarnya di tengah krisis teladan hari ini”, tegas Najib.

Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.