Kamar Dagang dan Industri Indonesia menyatakan pemerintah tak perlu khawatir dengan penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 31 Desember 2015. Sebab, orang Indonesia yang bekerja di luar negeri mencapai 6 juta jiwa. Sedangkan pekerja asing yang bekerja di Indonesia hanya 79.664 orang.
“Indonesia negara terbesar ekspor pekerjanya. Kalau hanya 79.664 pekerja asing itu kecil,” kata Wakil Ketua Komite Tetap Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Iftida Yasar di Jakarta, Senin (16/11).
Indonesia, lanjut dia, harus memanfaatkan peluang MEA ini. Pasalnya, banyak orang Indonesia yang bekerja di luar negeri. Akan tetapi, pemerintah harus membuat kompentensi standar atau sertifikasi bagi pekerja Indonesia agar dapat bekerja di negara ASEAN.
Jika tidak memiliki kompetensi standar, pekerja kita akan sulit masuk ke negara lain. Iftida menambahkan, siswa dan mahasiswa kita belum punya kompetensi untuk bersaing di dunia kerja. Pasalnya para siswa hanya membahas masalah lama, sedangkan dunia kerja terus maju ke depan. Contohnya, salah satu SMK masih belajar tentang perkantoran, padahal itu tidak dibutuhkan lagi di masa mendatang.
“Kalau kita hapus mata pelajaran itu, kasihan gurunya. Mereka sudah sertifikasi. Karena itu, guru seperti ini harus dikasih pelatihan baru dengan kebutuhan pekerja ke depan,” ujar Iftida.
Menurut dia, tidak kompetennya siswa karena pemerintah tidak pernah melibatkan Kadin dalam menyusun kurikulum pendidikan. Adapun beberapa negara sudah melibatkan Kadin mereka masing-masing untuk masuk ke dunia pendidikan. Contohnya Filipina.
Filipina telah melibatkan pengusahanya dalam mengatur kurikulum di bidang perhotelan. Dengan demikian, para pekerjanya memiliki kompetensi yang tinggi di bidangnya seperti manajer hotel. “Dari penguasaan bahasa asing saja, manajer pehotelan Filipina menguasai. Sedangkan kita masih kalah jauh,” ungkapnya.
Pihaknya juga kecewa dengan sikap pemerintah yang tidak mengikutsertakan Kadin dalam menyusun kurikulum pendidikan. “Hal ini sudah kami suarakan sejak lama, tapi tak ada respons.”