Rabu, November 26, 2025

BYD dan Strategi Soft Power China di Era Ekonomi Hijau

Muhammad Rizqi Aulia
Muhammad Rizqi Aulia
Muhammad Rizqi Aulia is a undergraduate student at International Relations Studies, Sriwijaya University, Indonesia. Him research interests are cultural studies and foreign policy.
- Advertisement -

Dalam beberapa tahun terakhir, BYD telah menjelma sebagai simbol vital dari strategi soft power China yang terpusat pada inovasi teknologi dan diplomasi ekonomi berkelanjutan di era ekonomi hijau. Dengan menjadi produsen kendaraan listrik terbesar di dunia, BYD tidak hanya mendemonstrasikan kemajuan teknologi China, tetapi juga berfungsi sebagai alat penting dalam memperkuat pengaruh negara tersebut di kancah global, khususnya di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara. Strategi ekspansi pasar BYD, terutama di negara-negara berkembang, mencerminkan implementasi soft powerChina melalui jalur ekonomi dan teknologi, membentuk jejaring hubungan yang saling menguntungkan dan memperbaiki citra China di mata dunia.

Peran BYD sebagai instrumen soft power terwujud lewat investasi yang terarah dalam pembangunan pusat produksi dan riset kendaraan listrik di berbagai negara, salah satunya Indonesia yang menjadi fokus utama ekspansi BYD baru-baru ini. Investasi ini bukan saja memicu pertumbuhan ekonomi lokal dengan menciptakan lapangan kerja dan transfer teknologi, tetapi juga membangun persepsi positif terhadap China sebagai mitra strategis pembangunan berkelanjutan.

BYD dengan inovasi dan teknologi bersihnya mengukuhkan citra China tidak sekadar sebagai negara produsen barang murah, melainkan sebagai penggerak utama teknologi ramah lingkungan yang relevan secara global. Posisi ini penting dalam memperkuat interaksi masyarakat transnasional yang menghubungkan negara-negara dan budaya dalam konteks globalisasi dan kerjasama lintas batas.

Lebih jauh, strategi pasar BYD bukan hanya soal memperluas pangsa pasar kendaraan listrik, melainkan bagian dari upaya diplomasi ekonomi China yang subtil tetapi efektif dalam membentuk hegemoni regional. Produk BYD yang kompetitif di pasar Asia Tenggara menantang dominasi perusahaan otomotif Barat dan Jepang, sekaligus mengokohkan posisi China sebagai pemimpin inovasi teknologi bersih.

Efek dominasi BYD juga berdampak pada dinamika geopolitik melalui kolaborasi ekonomi yang membangun ketergantungan strategis. Hal ini memperlihatkan pergeseran paradigma pengaruh China dari pendekatan konvensional berbasis kekuatan militer ke bentuk pengaruh yang lebih halus dan berjangka panjang melalui soft powerekonomi.

Dominasi BYD di pasar kendaraan listrik membawa dampak yang luas tidak hanya pada sektor otomotif, tetapi juga mengubah tatanan ekonomi kawasan dengan mendekatkan jaringan investasi dan teknologi antar negara di Asia Tenggara. Keterhubungan antar negara yang terbangun melalui investasi BYD menciptakan interdependensi ekonomi sebagai salah satu ciri masyarakat transnasional modern yang melampaui batasan politik dan kedaulatan sempit. Hal ini sekaligus menegaskan bagaimana soft power dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tujuan politik dan ekonomi China dengan cara yang damai dan kolaboratif, bukan konfrontatif.

Fenomena BYD menegaskan bahwa soft power modern adalah kombinasi antara aspek budaya, teknologi, dan ekonomi yang memperkuat diplomasi negara melalui inovasi dan pembangunan berkelanjutan. Melalui BYD, China membuktikan bahwa transformasi kekuatan lunak tidak hanya terbatas pada penyebaran budaya atau ideologi, melainkan juga melibatkan teknologi bersih dan investasi strategis sebagai alat diplomasi. BYD tidak lagi sekadar perusahaan otomotif, melainkan representasi strategi besar China untuk membangun pengaruh global yang didasarkan pada kolaborasi dan manfaat bersama yang berkelanjutan.

Menganalisis BYD sebagai studi kasus soft powermemberikan perspektif baru dalam memahami diplomasi kontemporer di Asia Timur dan global. Pendekatan ini mencerminkan bagaimana negara-negara besar kini menggunakan instrumen teknologi dan investasi untuk memenangkan dukungan dan membentuk opini publik internasional yang mendukung posisi mereka. Bagi akademisi, pembuat kebijakan, dan masyarakat umum, memahami peran BYD penting untuk menyusun strategi adaptasi dan kerjasamadalam era perubahan geopolitik dan perkembangan teknologi yang cepat.

Selain dampak politik dan ekonomi, BYD juga berkontribusi signifikan terhadap pencapaian tujuan global seperti perang melawan perubahan iklim melalui produk ramah lingkungan yang mengurangi emisi karbon. Hal ini memperkuat citra China sebagai negara yang aktif berperan dalam agenda global pembangunan berkelanjutan, sekaligus menjadi model soft power yang berdampak positif bagi ekosistem internasional. Saat China mempromosikan kendaraan listriknya ke pasar luar negeri, termasuk Asia Tenggara, mereka juga mempromosikan visi teknologi bersih yang memperkuat posisi diplomasi hijau yang tengah menjadi tren global.

Integrasi antara investasi, inovasi teknologi, dan diplomasi ekonomi yang dilakukan BYD mencerminkan kemampuan China untuk membaca peluang dan tantangan dunia modern serta mengadaptasikannya sebagai alat pengaruh yang efektif. Hal ini mengkonfirmasi bahwa softpower hari ini tidak hanya dibangun dari budaya atau propagasi media, tetapi juga melalui inovasi teknologi yang konkret dan kontribusi nyata bagi pembangunan ekonomi dan lingkungan. BYD menjadi pionir yang membuka jalan bagi perusahaan China lain dalam memperluas pengaruh mereka menggunakan soft power versi abad 21.

- Advertisement -

Dengan studi kasus BYD, kita bisa memahami kompleksitas strategi soft power modern dan implikasinya bagi dinamika global dan regional, terutama dalam konteks masyarakat transnasional yang semakin erat di Asia Timur dan Asia Tenggara. Analisis ini sangat relevan untuk dijadikan landasan pemikiran bagi mahasiswa hubungan internasional yang ingin menggali bentuk-bentuk baru pengaruh negara di era globalisasi. BYD menunjukkan bahwa keunggulan teknologi dan inovasi bukan sekadar alat ekonomi, tetapi juga instrumen diplomasi dan soft power yang efektif di panggung dunia.

Artikel ini menegaskan bahwa soft power China melalui BYD bukan hanya soal pengaruh ekonomi, tetapi juga mencakup nilai-nilai pembangunan hijau dan kolaborasi internasional. Dengan demikian, BYD memberi contoh konkret bagaimana teknologi baru bisa menjadi medium softpower yang membentuk tatanan dunia dengan cara yang lebih damai dan berkelanjutan. Pemahaman ini sangat penting agar Indonesia dan negara-negara lain dapat menyiapkan strategi yang tepat dalam menghadapi peluang dan tantangan era diplomasi teknologi dan ekonomi baru ini.

Demikian analisis komprehensif tentang BYD sebagai simbol soft power China yang sedang berkembang pesat di dunia saat ini. Dengan mengintegrasikan teori soft power, data investasi, dan perkembangan teknologi kendaraan listrik, artikel ini memberikan kontribusi bermakna bagi pembaca dalam memahami fenomena geopolitik dan masyarakat transnasional secara lebih mendalam dan kritis.

Muhammad Rizqi Aulia
Muhammad Rizqi Aulia
Muhammad Rizqi Aulia is a undergraduate student at International Relations Studies, Sriwijaya University, Indonesia. Him research interests are cultural studies and foreign policy.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.