Minggu, November 16, 2025

Mengapa Komunikasi Terapeutik adalah Senjata Rahasia Apoteker?

Alya Sabrina
Alya Sabrina
Bachelor of Pharmacy at Airlangga University
- Advertisement -

Di tengah padatnya perkembangan zaman, tenaga kesehatan tetap memerankan peran krusial dalam menciptakan keseimbangan dunia. Salah satunya yaitu Apoteker yang penting untuk menerapkan komunikasi terapeutik. Apoteker merupakan seorang profesional di bidang farmasi yang memiliki ilmu mengenai obat-obatan, mulai dari pengelolaan, distribusi, komposisi, hingga interaksi antar obat.

Seorang Apoteker tentunya telah menempuh pendidikan untuk dapat melakukan praktik dan mendistribusikan obat secara langsung kepada masyarakat. Bukan hanya mendistribusikan obat, Apoteker juga harus mampu memberikan panduan mengenai penggunaan obat serta menginformasikan efek samping yang mungkin muncul dari obat yang akan dikonsumsi. Sering sekali Apoteker melupakan pentingnya akan memperhatikan perilaku saat berkomunikasi dengan pasien. Dari hal itu lah, penting bagi seorang Apoteker untuk menerapkan komunikasi terapeutik saat berinteraksi dengan masyarakat maupun pasien.

Apa Itu Komunikasi Terapeutik?

Komunikasi terapeutik adalah hubungan tenaga kesehatan (dokter, perawat, Apoteker, dsb) dengan pasien untuk memperoleh informasi yang memiliki tujuan untuk memperbaiki pengalaman emosional pasien. Komunikasi terapeutik penting untuk menjalin keakraban sehingga dapat berkolaborasi dengan pasien untuk mencapai kesembuhan.

Lalu, apa saja sih manfaat komunikasi terapeutik? Komunikasi terapeutik dapat menjadi sarana agar terbinanya hubungan yang baik antara pasien dan Apoteker, untuk mengetahui perubahan perilaku pasien, untuk mengetahui keberhasilan tindakan kesehatan yang dilakukan, bahkan komunikasi terapeutik dapat digunakan sebagai tolak ukur kepuasan pasien.

Fase-Fase Kunci Komunikasi Terapeutik Apoteker

Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan, terdapat empat fase penting yang harus dilewati Apoteker agar komunikasi berjalan optimal:

1. Fase Pra-Interaksi : Ini adalah fase persiapan, sebelum proses komunikasi terapeutik berlangsung. Apoteker dapat mengumpulkan informasi terkait identitas pasien, manfaat obat, efek samping obat, serta mempersiapkan rencana yang tepat untuk berkomunikasi dengan pasien agar nantinya tidak terjadi kekeliruan dalam menyampaikan informasi.

2. Fase Orientasi : Fase ini adalah perkenalan dengan pasien. Apoteker dapat memperkenalkan dirinya agar pasien merasa lebih dekat dan nyaman saat berkomunikasi. Lalu, tanyakan nama pasien, umur pasien, dan penyakit yang dialami sehingga pasien merasa terlibat dalam percakapan.

3. Fase Kerja : Fase inti dari komunikasi terapeutik, yaitu menjelaskan informasi mengenai obat. Apoteker dapat mulai menjelaskan nama obat, cara penggunaan obat, dosis obat, efek samping dan apa yang harus dilakukan jika efek samping tersebut terjadi, serta interaksi obat.

4. Fase Terminasi : Fase akhir dari pertemuan Apoteker dan pasien untuk menutup percakapan. Apoteker dapat menanyakan kembali hal-hal mengenai obat, memastikan bahwa pasien telah memahami berbagai informasi, serta memberikan ruang bagi pasien untuk bertanya apabila terdapat hal yang belum dimengerti. Langkah terakhir, ucapkan terima kasih kepada pasien karena telah memberikan Apoteker kesempatan untuk menyampaikan informasi.

Fase-Fase Kunci Komunikasi Terapeutik Apoteker

Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan, terdapat empat fase penting yang harus dilewati Apoteker agar komunikasi berjalan optimal:

- Advertisement -

1. Fase Pra-Interaksi : Ini adalah fase persiapan, sebelum proses komunikasi terapeutik berlangsung. Apoteker dapat mengumpulkan informasi terkait identitas pasien, manfaat obat, efek samping obat, serta mempersiapkan rencana yang tepat untuk berkomunikasi dengan pasien agar nantinya tidak terjadi kekeliruan dalam menyampaikan informasi.

2. Fase Orientasi : Fase ini adalah perkenalan dengan pasien. Apoteker dapat memperkenalkan dirinya agar pasien merasa lebih dekat dan nyaman saat berkomunikasi. Lalu, tanyakan nama pasien, umur pasien, dan penyakit yang dialami sehingga pasien merasa terlibat dalam percakapan.

3. Fase Kerja : Fase inti dari komunikasi terapeutik, yaitu menjelaskan informasi mengenai obat. Apoteker dapat mulai menjelaskan nama obat, cara penggunaan obat, dosis obat, efek samping dan apa yang harus dilakukan jika efek samping tersebut terjadi, serta interaksi obat.

4. Fase Terminasi : Fase akhir dari pertemuan Apoteker dan pasien untuk menutup percakapan. Apoteker dapat menanyakan kembali hal-hal mengenai obat, memastikan bahwa pasien telah memahami berbagai informasi, serta memberikan ruang bagi pasien untuk bertanya apabila terdapat hal yang belum dimengerti. Langkah terakhir, ucapkan terima kasih kepada pasien karena telah memberikan Apoteker kesempatan untuk menyampaikan informasi.

Referensi

Afandi, A. T., Putri, P., Darmawan, T. C., & Ardiana, A. (2023). Komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan pasien dalam tatanan manajemen di rumah sakit. Jurnal Keperawatan, 12(1), 56–63.

Pertiwi, M. R., Wardhani, A., Firsty PK, L., Febriana, A., Sitanggang, Y. A., Anggraeni, W., & Fuady, I. (2022). Komunikasi terapeutik dalam kesehatan. Rizmedia Pustaka Indonesia.

Alya Sabrina
Alya Sabrina
Bachelor of Pharmacy at Airlangga University
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.