Persaingan di bidang AI (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan menjadi semakin ketat. Baru-baru ini, OpenAI yang merupakan perusahaan di balik ChatGPT mengeluarkan produk terbaru terkait AI yang dapat membuat video dengan menggunakan kata-kata saja. Walaupun teknologi pembuatan video AI ini sudah ada sebelumnya, OpenAI dengan produknya Sora 2 menjadi terobosan terbaru. Kelebihan yang ditawarkan dari teknologi ini adalah kualitas video yang tinggi, memiliki banyak gaya dari fotorealistik sampai dengan animasi, konsistensi wajah dan objek, serta kemampuan dalam memahami perintah yang kompleks.
Dengan teknologi ini selain mendatangkan kemudahan, juga memunculkan pertanyaan yang berhubungan dengan potensi penyalahgunaan penggunaannya. Ini menjadi pertanyaan krusial, apalagi dalam konteks kontestasi politik yaitu apakah ini akan menjadi alat inovatif untuk kampanye atau justru ancaman serius bagi demokrasi?
Di Indonesia sendiri, khususnya di media sosial, sudah banyak penggunaan teknologi AI generatif ini karena cukup mudah untuk digunakan, gratis walaupun hanya bisa dalam jumlah terbatas, dan siapa pun bisa menggunakannya. Setelah itu, hasil-hasil video yang dibuat oleh AI generatif ini diunggah ke media sosial. Tentunya video ini banyak mendapatkan tanggapan mulai dari positif karena menghibur dan lucu sampai dengan negatif karena menggunakan AI yang diduga memiliki kontroversi seperti pengambilan data gambar ataupun tidak menghargai para artis digital.
Baru-baru ini ada beberapa tokoh seperti influencer ataupun politik yang dijadikan bahan hiburan dengan menggunakan wajah-wajah mereka. Untuk hari ini mungkin AI digunakan sebagai hiburan, tapi tidak menutup kemungkinan ini akan dipakai menjadi senjata politik. Bisa saja batas antara lelucon dan propaganda menjadi tipis.
Dari sisi politisi, kehadiran teknologi ini menjadi peluang baru. Mereka menjadi bisa melakukan produksi konten seperti video untuk keperluan kampanye politik menjadi lebih mudah. Politisi tidak memerlukan lagi biaya produksi video yang mahal dan para kandidat dengan dana terbatas dapat membuat video kampanye berkualitas tinggi untuk menunjukkan visi dan misi mereka.
Dengan kemampuan Sora 2, bisa juga membuat gaya visual yang sangat beragam seperti anime (animasi Jepang). Hal ini bisa saja menjadi strategi efektif yang menyasar dan menarik perhatian bagi Gen Z dan juga Milenial yang awalnya tidak peduli politik konvensional menjadi peduli karena relevan dengan minat generasi muda.
Lebih lanjut, politisi juga dapat menggunakan AI dalam membuat simulasi video tentang dampak positif kebijakan yang diusulkan. Sebagai contoh bisa berupa simulasi ibukota baru yang sudah jadi, melakukan kampanye program berjalan seperti makan siang bergizi gratis, atau bahkan beberapa kebijakan yang sedang dan akan dijalankan.
Selain dengan berbagai macam kelebihan, juga terdapat potensi bahaya. Potensi bahaya ini juga bisa saja menjadi sebuah ancaman. Salah satu yang paling mudah disorot adalah terjadinya bahaya deepfake dalam skala yang masif. Deepfake dapat diartikan secara mudah adalah hasil video AI dengan tujuan memanipulasi dan meniru wajah orang lain dengan tujuan yang biasanya negatif dan merugikan. Potensi bahaya ini bisa terdiri dari pembuatan video palsu seorang kandidat mengucapkan ujaran kebencian, menciptakan skandal fiktif untuk menjatuhkan lawan politik, sampai dengan menyebarkan hoaks yang dapat memicu keresahan atau bahkan menimbulkan perpecahan. Hal inilah yang mungkin menyebabkan terjadinya black campaign.
Teknologi Sora 2 yang tinggi juga menjadi masalah kepada mata manusia awam, khususnya kepada generasi baby boomer. Generasi ini ataupun orang-orang mengalami kesulitan dalam membedakan video asli ataupun buatan AI. Hal ini dalam jangka panjang dapat mengikis kepercayaan publik terhadap informasi video, bahkan termasuk dari media yang dinilai kredibel.
Hal ini juga diperparah dengan belum adanya regulasi yang mengatur tentang hal ini. Walaupun perlu diapresiasi inisiatif dari OpenAI yang memberikan watermark (tanda air) pada video yang diciptakan Sora 2. Namun hal ini masih belum cukup. Sudah banyak teknologi yang bisa menghilangkan watermark ini ataupun bisa menggunakan AI lain yang tidak memiliki tanda air ini. Dalam konteks perundang-undangan di Indonesia, masih belum ada regulasi yang mengatur ini yang menyebabkan penggunaan AI bahkan dalam konteks politik menjadi tidak bisa dibendung.
Sebenarnya ini bukan pertama kali penggunaan AI dalam kampanye politik. Sebelumnya AI lebih berperan sebagai aktor di balik layar yang digunakan untuk analisis data pemilih, micro-targeting iklan, pembuatan chatbot, sentiment analysis, dan lain sebagainya. Namun pada era saat ini, AI tampil sebagai aktor di depan panggung. Contoh kasus terbaru adalah kampanye tentang program makanan bergizi gratis menggunakan AI. Mungkin pada awalnya kualitas dari kampanye tersebut rendah dan juga lebih banyak mendapatkan tanggapan negatif dari publik. Namun degan kehadiran Sora 2, bisa saja menghasilkan video dengan kualitas tinggi. Lebih lanjut, kampanye mendatang mungkin saja akan menjadi “perang video AI” yang mana kecepatan dan kreativitas dalam menghasilkan konten visual menjadi penting.
Pada era saat ini, AI seperti yang sudah sering dikatakan adalah sebuah alat yang bisa digunakan untuk hal-hal positif (peluang) ataupun hal-hal negatif (ancaman) seperti yang sudah dibahas sebelumnya. Peluang yang ditawarkan seperti adanya kreativitas sebagai bahan hiburan dan juga melakukan kampanye dengan modal yang terbatas. Di sisi lain, ancaman yang ada yaitu terhadap integritas demokrasi, seperti “penipuan”, deepfake, kemungkinan black campaign, dan sebagainya.
Solusi yang bida direkomendasikan untuk fenomena ini adalah untuk memiliki regulasi yang adaptif dari pemerintah, adanya komitmen etis dari para pelaku politik, dan juga peningkatan literasi digital di kalangan masyarakat agar lebih kritis terhadap konten video yang ditemukan di internet. Teknologi adalah alat netral, jadi itu tergantung bagaimana kita menggunakan alat tersebut dalam menentukan masa depan demokrasi di era digital yang semakin kompleks ini.

 
                                    
