Campoleh (Pouteria campechiana) mungkin masih terdengar asing di telinga banyak orang Indonesia. Padahal, buah yang berasal dari keluarga sawo-sawoan (Sapotaceae) ini punya keunikan rasa sekaligus kandungan gizi yang tak kalah dengan buah-buahan populer lainnya.
Campoleh juga dikenal dengan sebutan sawo walanda, sawo mentega, alkesa, canistel, atau campolay. Secara historis, buah eksotis ini diketahui berasal dari wilayah Amerika Tengah hingga Meksiko bagian selatan, sebelum akhirnya menyebar ke berbagai negara tropis, termasuk Indonesia.
Campoleh memiliki daging buah berwarna kuning legit dengan tekstur lembut dan rasa manis yang mirip ubi rebus. Selain itu, aromanya yang khas bisa menjadi daya tarik dalam kreasi kuliner. Buah ini sebenarnya berpotensi menempati ruang yang sama dengan buah-buahan lain yang sudah lebih dulu populer diolah menjadi aneka hidangan.
Nilai gizi campoleh juga tidak kalah penting. Buah ini kaya vitamin C untuk daya tahan tubuh, vitamin A untuk kesehatan mata, serta serat dan antioksidan yang mendukung pola hidup sehat. Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap makanan bergizi, campoleh dapat diposisikan sebagai alternatif buah yang sehat sekaligus bernilai ekonomis.
Sayangnya, selama ini campoleh belum banyak dikenal dan lebih sering dikonsumsi langsung. Padahal, teksturnya yang legit sangat cocok untuk bahan dasar olahan. Dalam kuliner tradisional, campoleh bisa menjadi isian klepon, nagasari, atau campuran bolu dan kue basah.
Lebih jauh lagi, campoleh dapat dikembangkan menjadi produk kekinian, seperti donat, roti manis, es krim, puding, smoothies, hingga minuman boba berbasis pure campoleh. Kreasi ini bukan hanya memperkenalkan buah yang jarang dikenal masyarakat, tetapi juga membuka peluang usaha kuliner baru.