Kamis, Agustus 28, 2025

Masa Depan DNA: Bagaimana Bayi Tiga Orang Tua Menulis Ulang Kisah Mitokondria

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
- Advertisement -

Ingat pelajaran biologi tentang mitokondria sebagai pembangkit tenaga sel? Mungkin terdengar sederhana, tetapi tahukah Anda betapa krusialnya fungsi mereka? Ketika mitokondria rusak, sel-sel tubuh mengalami kegagalan daya total. Bayangkan: organ mulai tidak berfungsi, dan yang lebih memilukan, banyak anak yang lahir dengan kondisi ini seringkali tidak bertahan hidup hingga dewasa. Selama bertahun-tahun, dunia medis dibuat tak berdaya menghadapi tantangan ini. Namun, kini secercah harapan telah muncul.

Di Inggris Raya, sebuah terobosan medis yang revolusioner telah terjadi: delapan bayi sehat lahir, bebas dari kondisi genetik yang mematikan ini. Ini bukan sekadar berita biasa, melainkan tonggak sejarah. Untuk pertama kalinya di dunia, bayi-bayi ini dikandung menggunakan DNA dari bukan dua, melainkan tiga orang tua. Keajaiban ilmiah ini memicu banyak pertanyaan: bagaimana teknik ini bekerja, dan mengapa ia menjadi subjek perdebatan sengit?

DNA kita adalah cetak biru kehidupan, yang membentuk identitas kita. Sebagian besar dari sekitar 20.000 gen dalam tubuh manusia tersimpan rapi di dalam nukleus sel, yang bertindak sebagai pusat kendali utama. Namun, ada bagian kecil DNA yang tersembunyi di luar nukleus, tepatnya di dalam mitokondria. Anggap saja mitokondria ini sebagai baterai mikroskopis yang tak terhitung jumlahnya, mengambang di dalam sel. Mereka bertanggung jawab mengubah makanan menjadi energi vital yang kita butuhkan. Setiap mitokondria membawa 37 gennya sendiri, yang meskipun sedikit, memiliki dampak kolosal pada kesehatan kita.

Sayangnya, gen mitokondria terkadang mengalami mutasi, yang bisa merusak atau bahkan melumpuhkan “pembangkit energi” vital ini. Konsekuensinya sangat dahsyat. Karena seorang anak mewarisi seluruh mitokondria dari ibunya, mutasi ini dapat memengaruhi semua keturunannya. Mitokondria yang cacat menyebabkan tubuh kekurangan energi, dan gejalanya sering muncul sejak dini. Organ-organ vital yang sangat membutuhkan energi, seperti otak, jantung, dan otot, mulai gagal berfungsi. Ini dapat memicu kejang, keterlambatan perkembangan, bahkan menyebabkan anak-anak harus menggunakan kursi roda atau, yang paling tragis, meninggal dunia hanya beberapa hari setelah lahir. Secara global, diperkirakan 1 dari setiap 5.000 bayi baru lahir menderita penyakit mitokondria.

Selama berabad-abad, ribuan orang tua telah mendambakan sebuah mukjizat untuk mengatasi penderitaan ini. Kini, keajaiban itu tampaknya telah tiba. Di Inggris, delapan bayi sehat telah lahir, bebas dari penyakit mitokondria yang menghancurkan. Ini adalah hasil dari sebuah “teknik tiga orang” yang inovatif dalam bidang kesuburan. Prosesnya melibatkan fertilisasi in vitro (IVF), di mana sel telur dibuahi sperma di laboratorium. Namun, ada sentuhan unik: metode baru ini menggabungkan sperma dari ayah, sel telur dari ibu, dan sel telur kedua dari seorang wanita donor, yang hanya menyumbangkan mitokondria sehatnya. Dengan cara ini, mitokondria yang bermasalah diganti dengan yang sehat. Anak-anak yang lahir dari prosedur ini mewarisi sebagian besar DNA dari orang tua kandung mereka, namun juga mendapatkan sekitar 0,1% DNA dari wanita donor, memastikan mereka terbebas dari penyakit mitokondria.

Kelahiran bayi-bayi di Inggris ini disambut sebagai keajaiban medis yang telah lama dinantikan oleh komunitas kedokteran global. Inggris sendiri telah merintis jalan dengan mengubah undang-undangnya pada tahun 2015 untuk mengizinkan prosedur ini, setelah para dokter di sana berhasil mempeloporinya. Kini, keberhasilannya telah terbukti nyata. Namun, di balik janji untuk menyelamatkan ribuan nyawa, prosedur ini tak lepas dari kontroversi. Para kritikus menyuarakan kekhawatiran bahwa karena anak-anak mewarisi sejumlah kecil DNA dari donor dan berpotensi meneruskannya ke generasi mendatang, ini secara permanen mengubah warisan genetik. Istilah-istilah seperti “bayi desainer” atau “bayi tiga orang tua” sering digunakan, dan akibatnya, prosedur ini belum disetujui di banyak negara, termasuk Amerika Serikat dan Prancis, meskipun ada usulan.

Namun, tidak semua ahli sependapat dengan kritik tersebut. Seorang ahli menyatakan, “Secara pribadi, saya rasa tidak masuk akal menyebut mereka bayi tiga orang tua. DNA mitokondria mengkode gen yang relevan untuk produksi energi. Mereka tidak memberikan sifat tertentu. Jadi, tidak ada yang kita kenali saat berinteraksi dengan individu tersebut.” Meski ada yang mengkritik, para ahli menegaskan bahwa manfaatnya sangat jelas. Bagi keluarga yang telah berjuang dan merasakan kepedihan karena kehilangan banyak anak akibat penyakit mitokondria, terobosan ini adalah pengubah hidup yang sesungguhnya.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.