Selasa, Agustus 19, 2025

Menuju Merdeka Pangan di Usia 80 Tahun Republik Indonesia

Dudi Saputra
Dudi Saputra
Menyukai membaca, menulis dan berorganisasi.
- Advertisement -

“Tanah untuk tani, tani untuk hidup, hidup untuk bangsa.” – Ir. Soekarno

“Pangan adalah soal hidup dan mati suatu bangsa.” – Mohammad Hatta

Delapan puluh tahun Indonesia merdeka adalah capaian besar yang patut kita syukuri. Perjalanan panjang bangsa ini penuh dengan perjuangan, pasang surut ekonomi, hingga tantangan global yang terus berubah. Namun satu hal yang kini semakin terasa mendesak adalah bagaimana kita mewujudkan kedaulatan pangan—sebuah kemerdekaan yang menyentuh langsung kehidupan rakyat sehari-hari.

Memang benar, hingga 2024 Indonesia masih tercatat sebagai importir gandum terbesar di dunia. Data menunjukkan, impor gandum mencapai 9,45 juta ton hingga September 2024, dan pada Januari 2025 saja sudah masuk 728 ribu ton. Kondisi ini menunjukkan kita belum sepenuhnya mandiri. Namun, hal ini juga sekaligus membuka peluang besar: bahwa ada ruang untuk membangun kekuatan pangan nasional yang lebih kokoh.

Petani dan Masa Depan Pangan

Kita tidak bisa menutup mata bahwa jumlah petani mengalami penurunan. Dari 31,7 juta orang (2013) menjadi 29,34 juta (2023). Lahan sawah pun menyusut dari 8,07 juta hektar (2009) menjadi 7,46 juta hektar (2019). Banyak petani berusia tua, dan anak muda lebih memilih meninggalkan sektor pertanian.

Namun, di balik tantangan ini tersimpan harapan baru. Semakin banyak generasi muda yang mulai melihat pertanian sebagai sektor masa depan, terutama dengan dukungan teknologi digital, e-commerce pangan, hingga inovasi pertanian modern. Program pemerintah seperti Perlindungan 87 persen lahan sawah, serta dukungan terhadap petani milenial, menjadi langkah positif yang harus terus diperkuat.

Momentum Food Estate dan Program Gizi

Langkah lain yang patut diapresiasi adalah upaya pemerintah mengembangkan food estate hingga 3 juta hektar pada 2028. Walau menuai kritik, proyek ini bisa menjadi peluang besar jika dijalankan dengan bijak, inklusif, dan berkelanjutan. Lahan-lahan potensial di Kalimantan dan Papua dapat menjadi pusat produksi pangan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga membuka peluang ekspor.

Selain itu, program Makan Bergizi Gratis bagi pelajar dan ibu hamil dengan anggaran Rp71 triliun pada 2025 adalah terobosan luar biasa. Jika dikaitkan langsung dengan hasil produksi lokal, program ini bisa menjadi jembatan emas antara petani dan konsumen, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani dan kualitas gizi rakyat.

Tiga Arah Strategi

Untuk benar-benar meraih merdeka pangan, ada tiga arah strategi yang bisa kita dorong bersama:
1. Perluasan Lahan Produktif – optimalkan lahan eks-gambut dan pasca-tambang menjadi sawah modern dengan teknologi ramah lingkungan.
2. Diversifikasi Pangan Lokal – manfaatkan sorgum, singkong, sagu, dan umbi-umbian sebagai sumber karbohidrat alternatif. Dengan cara ini, kita tidak lagi terlalu bergantung pada impor gandum.
3. Pemberdayaan Petani Muda – dukung regenerasi petani dengan akses modal, pelatihan teknologi, dan pasar yang jelas, agar profesi petani kembali bergengsi dan menjanjikan.

Merdeka Pangan, Merdeka Bangsa

Delapan puluh tahun lalu, para pendiri bangsa berjuang untuk membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan. Hari ini, perjuangan kita adalah memastikan bahwa setiap rakyat bisa makan dengan layak, harga pangan stabil, dan petani sejahtera.

- Advertisement -

Mewujudkan merdeka pangan bukan sekadar soal mengurangi impor, tetapi soal membangun sistem pangan yang adil, inklusif, dan berkelanjutan. Artinya, negara hadir sebagai pelindung petani, masyarakat mendukung konsumsi produk lokal, dan generasi muda berani menjadikan pertanian sebagai pilihan masa depan.

Di usia 80 tahun kemerdekaan Republik ini, kita punya kesempatan emas untuk menjadikan pangan sebagai simbol kedaulatan yang sesungguhnya. Dengan kerja sama pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan petani, kita bisa melangkah menuju masa depan di mana Indonesia tidak hanya dikenal sebagai bangsa besar, tetapi juga sebagai bangsa yang mandiri dalam pangan.

Merdeka pangan adalah hadiah terbaik untuk rakyat, dan fondasi kokoh bagi 100 tahun Indonesia merdeka.

Dudi Saputra
Dudi Saputra
Menyukai membaca, menulis dan berorganisasi.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.