Indonesia termasuk dalam salah satu negara dengan sistem keuangan yang berlandaskan prinsip-prinsip syariah yang semakin berkembang pesat. Keuangan syariah menjadi pilihan selain sistem keuangan konvensional. Keuangan syariah menawarkan prinsip keadilan, transparansi, dan keselarasan dengan hukum Islam.
Berbagai institusi keuangan syariah, misalnya bank syariah, koperasi syariah, serta lembaga zakat dan wakaf, jumlahnya terus bertambah dan diawasi secara resmi oleh regulator keuangan nasional. Meskipun potensi pasar keuangan syariah sangat besar, pemanfaatannya belum maksimal, terutama di kalangan masyarakat muslim di Indonesia. Kurangnya pengetahuan menjadi penyebab utama rendahnya minat masyarakat terhadap produk dan jasa keuangan syariah.
Kita menemukan bahwa pemahaman serta pengetahuan mereka mengenai akses keuangan syariah masih terbilang rendah. Banyak dari mereka yang belum sepenuhnya tahu dan paham bahwa mereka memiliki beragam pilihan penawaran keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah, seperti rekening tabungan, pembiayaan, dan investasi yang halal.
Mayoritas masyarakat muslim belum memahami sepenuhnya konsep, manfaat, dan mekanisme keuangan syariah, bahkan ada yang menganggap sistem syariah hampir sama dengan sistem keuangan konvensional.
Kondisi ini menunjukkan bahwa literasi keuangan syariah di masyarakat masih menjadi persoalan serius. Kurangnya pengetahuan atau miskonsepsi tentang istilah-istilah seperti akad, riba, mudharabah, dan musyarakah menjadi penghalang utama untuk membangun kepercayaan dan partisipasi. Tingkat literasi yang rendah ini tidak hanya menghambat inklusi keuangan syariah, tetapi juga mempengaruhi keberhasilan program-program pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis prinsip syariah.
Kurangnya edukasi dan sosialisasi yang efektif dari lembaga keuangan syariah serta minimnya pemahaman tentang manfaat dan keunggulan sistem keuangan berbasis syariah membuat mayoritas masyarakat muslim tetap memilih produk keuangan konvensional yang mengandung unsur riba dan ketidakadilan. Hal ini tidak hanya menyulitkan mereka untuk menjalankan prinsip agama, tetapi juga berpotensi menimbulkan ketidakadilan ekonomi di masyarakat.
Di samping itu, terbatasnya akses dan infrastruktur keuangan syariah di daerah-daerah terpencil menjadi hambatan maupun tantangan yang besar untuk mereka. Hal ini mengakibatkan masyarakat di wilayah tersebut tidak mendapatkan informasi maupun akses yang memadai mengenai penawaran keuangan syariah yang bisa membantu mereka untuk mencapai keseimbangan secara halal dan berkelanjutan.
Jika pemahaman tentang keuangan syariah pada umat muslim memadai, kepercayaan serta partisipasi mereka akan bertambah. Dampaknya bukan hanya pada kemajuan keuangan syariah, tetapi juga menjadi cara jitu mewujudkan tatanan ekonomi yang berkeadilan, merangkul semua pihak, serta selaras dengan ajaran Islam.
Dengan demikian, mengatasi kurangnya pengetahuan bukanlah sekadar alternatif, melainkan kewajiban kita bersama demi mewujudkan keadilan ekonomi berbasis syariah yang benar-benar membawa dampak positif bagi masyarakat.
Saya percaya bahwa dibutuhkan usaha untuk pendidikan yang lebih intensif dan menyeluruh, baik melalui media massa, lembaga pendidikan, maupun kolaborasi dengan tokoh agama, supaya orang-orang Indonesia, terutama umat muslim, semakin memahami dan percaya terhadap akses keuangan syariah. Dengan meningkatnya pemahaman dan kepercayaan, diharapkan penggunaan layanan keuangan syariah dapat meningkat, sehingga orang-orang dapat menjalankan prinsip syariah dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam bidang ekonomi dan keuangan.
