Sabtu, Mei 10, 2025

Sumber Daya Perkebunan Lokal untuk Ketahanan Pangan Bergizi

Kuntoro Boga
Kuntoro Boga
Kuntoro Boga Andri, alumnus IPB 1998, gelar Magister (2004) dan Doktor (2007) dari Saga dan Kagoshima University, Jepang. Peneliti Utama LIPI (2017) dan sebagai Kepala BPTP (2016-2018), Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (2018) dan Kepala Biro Humas dan IP (2018-2024), Kepala Pusat BSIP Perkebunan (2024-2025) dan saat ini Kepala Pusat Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP) Perkebunan, Kementan
- Advertisement -

Ketahanan pangan bukan lagi sekadar urusan ketersediaan tanaman pangan pokok saja, tetapi juga menyangkut keberagaman dan kualitas gizi dalam konsumsi harian masyarakat. Indonesia, dengan kekayaan hayati yang melimpah dan luas lahan perkebunan yang mencapai lebih dari 25 juta hektare, sebenarnya memiliki modal kuat untuk menjawab tantangan krisis pangan global, termasuk ancaman defisiensi gizi dan stunting.

Sektor perkebunan selama ini lebih dikenal sebagai penghasil komoditas ekspor seperti kelapa sawit, kopi, dan karet. Namun, di balik dominasi ekonomi tersebut, tersimpan potensi luar biasa dari tanaman-tanaman lokal yang kaya nutrisi dan telah menjadi bagian dari budaya pangan nusantara selama berabad-abad. Kelor, kurma, kelapa, hingga bunga telang dan temulawak, bukan hanya tanaman pelengkap, tetapi pilar bagi sistem pangan yang bergizi, beragam, dan berkelanjutan.

Kontribusi Perkebunan terhadap Ketahanan Gizi

Data dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian mencatat, pada 2023, sektor ini berkontribusi sebesar Rp735,91 triliun atau 41,57 persen dari total PDB sektor pertanian nasional. Nilai ini menunjukkan dominasi ekonomi, namun tantangan utama ke depan adalah bagaimana mendorong transformasi nilai ekonomi itu menjadi manfaat sosial berupa peningkatan kualitas gizi masyarakat.

Sebagai contoh, kelor (Moringa oleifera) memiliki kandungan zat besi tiga kali lebih tinggi dari bayam, kalsium empat kali lebih tinggi dari susu, serta vitamin A tujuh kali lebih banyak dari wortel. Daun kelor terbukti berkhasiat dalam menurunkan prevalensi anemia dan stunting, terutama pada ibu hamil dan balita di daerah pedesaan. Di Nusa Tenggara Timur, pemanfaatan kelor dalam makanan harian telah menjadi bagian dari program biofortifikasi berbasis lokal.

Begitu pula dengan kelapa (Cocos nucifera), yang selama ini lebih dikenal melalui komoditas turunannya seperti kopra dan minyak goreng. Produk seperti Virgin Coconut Oil (VCO) mengandung medium-chain triglycerides (MCT), yang terbukti meningkatkan metabolisme dan mendukung kesehatan jantung. Air kelapa mengandung elektrolit alami yang baik untuk hidrasi tubuh. Menurut Badan Pusat Statistik, nilai ekspor produk turunan kelapa Indonesia mencapai Rp19,2 triliun pada 2022 dan terus menunjukkan tren meningkat karena tingginya permintaan terhadap pangan fungsional.

Kurma (Phoenix dactylifera) juga mulai dikembangkan di lahan-lahan kering di Indonesia bagian timur seperti Dompu dan Lombok. Kaya serat dan gula alami, kurma menjadi alternatif pemanis sehat sekaligus sumber energi cepat. Pengembangan kurma lokal ini mulai dilirik sebagai peluang diversifikasi pangan nasional yang bernilai ekonomi dan gizi tinggi.

Tanaman Perkebunan Lain Bernilai Nutrisi Tinggi

Selain tiga komoditas utama tadi, Indonesia memiliki belasan tanaman perkebunan yang sangat berpotensi mendukung program gizi masyarakat. Pegagan, katuk, krokot, meniran, hingga bunga telang, bukan hanya tanaman herbal tetapi juga sumber mikronutrien penting. Misalnya, katuk (Sauropus androgynus) kaya akan zat besi dan kalsium, serta dikenal sebagai pelancar ASI. Krokot (Portulaca oleracea) bahkan menjadi satu-satunya sayuran lokal yang mengandung omega-3 tinggi.

Temulawak dan rosela, selain digunakan sebagai obat tradisional, kini tengah dikembangkan sebagai minuman kesehatan berbasis bioaktif alami. Produk inovatif berbasis rosela misalnya, telah dipasarkan sebagai teh vitamin C tinggi yang mendukung sistem imun masyarakat pascapandemi. Stevia sebagai pemanis rendah kalori semakin dibutuhkan untuk mengurangi konsumsi gula tebu yang berlebihan dan mendukung penanganan diabetes.

Strategi Hilirisasi dan Inovasi Produk

Transformasi pangan berbasis perkebunan tidak akan berjalan tanpa inovasi hilirisasi. Pemerintah melalui program prioritas hilirisasi sektor perkebunan telah mendorong pengolahan produk seperti tepung nipah sebagai alternatif karbohidrat, minyak goreng fortifikasi vitamin A, dan produk pangan organik berbasis VCO, kopi, dan cokelat.

- Advertisement -

Teknologi seperti Internet of Things (IoT) dan drone telah digunakan untuk memantau kesuburan lahan dan kesehatan tanaman, meningkatkan produktivitas hingga 15 persen di beberapa wilayah penghasil kelapa sawit dan kakao. Bahkan, program “Petani Milenial” yang digagas Kementerian Pertanian mencatatkan bahwa 35% peserta di tahun 2024 merupakan petani muda yang bergerak di produksi pangan fungsional untuk pasar domestik dan ekspor.

Inovasi juga terlihat dari ajang pameran pertanian dan pangan yang kini memajang produk-produk seperti energy bar dari kurma lokal, minuman herbal meniran, hingga biskuit bayi dari temulawak. Selain memenuhi kebutuhan gizi anak, produk ini juga menciptakan peluang pasar baru dan meningkatkan pendapatan petani.

Jalan ke Depan

Tentu saja, jalan menuju ketahanan pangan bergizi berbasis perkebunan bukan tanpa tantangan. Perubahan iklim, yang menyebabkan pola cuaca ekstrem, telah menurunkan produktivitas tanaman seperti kopi dan kakao. Namun, langkah mitigasi seperti pengembangan varietas tahan iklim dan penggunaan sistem irigasi presisi mulai diterapkan di daerah rawan kekeringan seperti Flores dan Sulawesi Selatan.

Tekanan dari regulasi global juga menjadi perhatian, terutama dengan diterapkannya Deforestation-Free Regulation (DFR) oleh Uni Eropa. Namun, langkah antisipatif Indonesia melalui sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan ekspansi pasar ke Timur Tengah dan Afrika telah menunjukkan hasil, dengan pertumbuhan ekspor hingga 10% pada semester pertama 2024.

Di sisi lain, tantangan besar terletak pada edukasi masyarakat. Survei BPS tahun 2023 menunjukkan bahwa konsumsi sayur dan buah masyarakat Indonesia masih di bawah rekomendasi WHO, yaitu 400 gram per hari. Oleh karena itu, kampanye pola makan berbasis tanaman (plant-based diet) perlu lebih massif, bekerja sama dengan institusi pendidikan, media, dan komunitas.

Sektor perkebunan memiliki peluang besar untuk tidak hanya menjadi penghasil devisa, tetapi juga sebagai pilar ketahanan pangan bergizi nasional. Melalui sinergi antara riset ilmiah, kebijakan hilirisasi, pemberdayaan petani, dan inovasi teknologi, Indonesia dapat menciptakan sistem pangan yang lebih sehat, beragam, dan tangguh terhadap krisis.

Sudah saatnya kita memandang komoditas perkebunan bukan hanya dari nilai ekspornya, tetapi juga dari nilai gizi dan kesehatannya. Dari ladang kelor di NTT, kebun kelapa di Sulawesi, hingga kurma yang tumbuh di NTB, semuanya menyimpan harapan bagi Indonesia untuk membangun kemandirian pangan yang sehat dan berkeadilan.

Maka, jika selama ini kita berbicara tentang ketahanan pangan dalam konteks beras dan impor gandum, kini saatnya beralih: tanam kelor di pekarangan, konsumsi VCO untuk jantung sehat, dan kenalkan anak-anak kita pada cemilan dari kurma dan bunga telang. Inilah wajah baru pangan Indonesia: lokal, lestari, dan bergizi.

Kuntoro Boga
Kuntoro Boga
Kuntoro Boga Andri, alumnus IPB 1998, gelar Magister (2004) dan Doktor (2007) dari Saga dan Kagoshima University, Jepang. Peneliti Utama LIPI (2017) dan sebagai Kepala BPTP (2016-2018), Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (2018) dan Kepala Biro Humas dan IP (2018-2024), Kepala Pusat BSIP Perkebunan (2024-2025) dan saat ini Kepala Pusat Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP) Perkebunan, Kementan
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.