Selasa, Oktober 22, 2024

Analisis SWOT Menentukan Strategi Pemasaran dan Pendapatan Ubi Jalar

Nana Juana
Nana Juana
Mahasiswa ITB AD Jakarta Jurusan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

Ubi jalar (Ipomoeabatatas L.) merupakan anggota family Convolvulaceae yakni satu family dengan kangkung dan bagian yang dipanen dari ubi jalar adalah umbi akarnya, bukan umbi batangnya. Karena dipanen umbi akar, maka sebenarnya umbi tersebut dapat terus tumbuh membesar selama tanamannya masih tumbuh.

Di Kabupaten Kuningan sendiri terdapat pabrik pengolahan ubi jalar, dimana pabrik tersebut memproduksi ubi jalar dalam bentuk pasta yang banyak digemari oleh masyarakat luar negeri, yang sebagian besar produk olahan pasta tersebut di ekspor ke negara Jepang dan Korea. Hal ini mampu meningkatkan pendapatan petani sekaligus menambah nilai jual produk ubi jalar tersebut.

Didalam proses pemasaran, lembaga-lembaga yang berperan dalam pemasaran dari tingkat produsen sampai ke tingkat konsumen, sehingga dengan adanya peran lembaga-lembaga akan terjadinya  perbedaan harga yang diterima oleh para petani.

Teknik menganalisa data yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisis SWOT.  Tujuannya adalah untuk memaksimalkan kekuatan, peluang tetapi  dapat meminimalisir kelemahan dan ancaman.

Analisis ini dilakukan dengan menggunakan alat kumpul data yaitu pedoman observasi, wawancara dan dokumentasi kuesioner. Tahapannya dalam analisis tersebut adalah :

a. Pengelompokkan data yang telah ada selanjutnya untuk di proses.

b. Dilakukannya analisisa SWOT.

c. Data yang ada selanjutnya diolah  ke dalam matriks SWOT.

d. Strategi-strategi hasil dari matriks SWOT di analisa.

e. Strategi yang telah dibuat akan menjadi rekomendasi

Dari hasil wawancara secara langsung, dapat dijadikan alat perumusan faktor internal maupun eksternal yang tersaji dalam tabel perumusan faktor di bawah ini:

Faktor Analisis SWOT

Menentukan bobot, nilai, dan score dari kuesioner

1. Dalam penilain Bobot ditentukan berdasarkan tingkat kepentingan atau urgensi penanganan dengan skala 1 sampai 5.

2. Nilai merupakan analisisa terhadap kemungkinan apa saja yang yang akan terjadi.

3. Nilai Score merupakan hasil nilai rating/ dikali bobot.

Setelah dilakukan pemilahan faktor internal dan eksternal dari data tersebut, selanjutnya dilakukan analisa matrik SWOT.

Hasil dari evaluasi faktor eksternal maupun faktor internal adalah faktor untuk membuat suatu rencana. Analisis faktor-faktor haruslah dapat menghasilkan adanya kekuatan yang dimiliki, serta mengetahui kelemahannya.  Sedangkan analisisa faktor eksternal untuk mengetahui peluang yang terbuka serta dapat mengetahui pula ancaman yang akan dialami. Terdapat empat strategi yaitu :

  • Strategi pertama adalah strategi yang memanfaatkan kekuatan dan peluang yaitu Strategi Strength – Opportunity
  • Strategi kedua adalah strategi untuk meminimalkan kelemahan dan memanfaatkan peluang yang ada yaitu  Strategi Weakness – Opportunity
  • Strategi ketiga adalah strategi yang memanfaatkan kekuatan untuk meminimalisir ancaman yaitu Strategi Strength –  Treath
  • Strategi keempat adalah stategi untuk meminimalisir kelemahan dan menghindari ancaman yaitu Strategi Weakness – Treath.

Analisis Lingkungan Internal

A. Kekuatan 

  • Merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan dan beradapatasi

Harga bibit maupun hasil terjangkau

  • Terdapat varietas ubi jalar yang banyak
  • Ubi jalar mempunyai banyak manfaat

B. Kelemahan

  • Masih lemahnya SDM mengenai pengelolaan pertanian ubi jalar.
  • Yaitu minimnya pengetahuan petani dalam pengelolaan pertanian yang baik dan efisien.
  • Harga jual ubi jalar rendah
  • Adanya keterbatasan dalam akses informasi pasar
  • Penggunaan peralatan dan teknologi yang masih tradisional
  • Pemerintah masih minim dalam melakukan bantuan terhadap petani

Analisis Lingkungan Eksternal

Peluang

  • Dibangunnya pabrik pengolahan ubi jalar sebagai komoditas ekspor
  • Permintaan ubi banyak di pasar domestik
  • Petani di Desa Rajadanu dalam melakukan usahatani berdasarkan permintaan dan selera konsumen yang berbeda-beda. Karena ubi jalar yang di hasilkan oleh petani setiap panennya beraneka ragam pula.
  • Pasca panen dapat membuka peluang wirausaha baru bagi masyarakat

Ancaman

Perubahan cuaca yang ekstrim mempengaruhi hasil pertanian ubi jalar

Banyaknya persaingan produk lokal dari daerah lain

  • Dari hasil faktor-faktor tersebut diatas maka dapat digambarkan diagram SWOT di bawah ini :

Total Strength à 45, Total Weaknessà 31, Total Opportunityà 40, Total Threath à 35

Perhitungannya :

Strength – Weakness/ (2) = 45 – 31/2 = 7

Opportunity – Threath/  (2) = 40 – 35/ 2 = 2,5

(x,y) à (S – W, O – T) à (7 , 2,5)

Jadi dari hasil perhitungan, untuk garis Swot/X berada pada nilai 7 dan di garis 0pportunity/Y berada pada nilai 2,5

Dari nilai tersebut, hasil analisis SWOT berada pada Kuadran I yaitu pada strategi yang  mendukung agresif yang digambarkan dalam kuadran SWOT dibawah ini :

Selanjutnya, dalam melakukan kegiatan pemasaran ubi jalar yang dilakukan oleh Kelompok Tani Mina Mekar 3 Desa Rajadanu, maka diperlukan strategi pemasaran ubi jalar yang tepat yaitu dengan cara melihat peluang segmentasi pasar yang ada pada daerah tersebut.

Pada segmen pasar ini petani dalam melakukan efektifitas kegiatan pemasaran ubi jalar yaitu masih menggunakan sistem pemasaran ubi jalar yang sederhana/tradisional.

Hasil wawancara tentang metoda saluran dan pemasaran ubi jalar di Desa Rajadanu dapat digambarkan  sebagai berikut :

 

Maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemasaran tentang ubi jalar yang dilakukan oleh Kelompok Tani Mina Mekar 3 di Desa Rajadanu memiliki dua saluran dan pola pemasaran yaitu :

  • Salur pemasaran  ke 1 yaitu dari mulai  Petani, pedagang sampai ke konsumen industri
  • Salur pemasaran ke 2  yaitu mulai dari Petani, pedagang sampai dengan ke konsumen.

Pola salur pemasaran ke 1 merupakan yang terbanyak  yaitu 85% dimana petani ubi jalar langsung menjualnya ke pedagang pengumpul.  Alasannya proses dalam salur ini dianggap lebih mudah, baik pembelian maupun pembayarannya. Sedangkan alasan beberapa petani lebih memilih salur pemasaran ke 2 hanya alasan kepercayaan semata.

Dari segi aspek finansial, bahwa pola salur pemasaran ke 1 lebih menguntungkan dibanding dengan pola salur ke 2 karena dari pihak pembeli dalam proses pembayarannya lebih mudah dan secara kontan, adapun yang pembayarannya tempo biasanya maksimal dibayarnya dengan jangka waktu empat hari, hal ini hasil penjualan tersebut dapat dipakai kembali untuk modal usaha kembali maupun untuk pemenuhan kebutuhan keluarga.

Berbeda dengan pola ke 2 yang pembayarannya tempo lebih dari satu minggu dan ketika ada yang pembayaran dimuka hanya sebagai pengikat saja dan dibayar hanya 30 % – 50 % dari total pembayarannya.

Nana Juana
Nana Juana
Mahasiswa ITB AD Jakarta Jurusan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.