Jumat, Oktober 11, 2024

Siapa Peduli Nasib Guru “Honorer?”

Rifky Afriazi
Rifky Afriazi
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.

Pendidikan di Indonesia merupakan salah satu pilar penting dalam pembangunan bangsa. Seiring dengan perkembangan zaman, tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan semakin kompleks, terutama dalam menghadapi era globalisasi dan digitalisasi.

Meskipun berbagai kebijakan dan program telah diterapkan oleh pemerintah, seperti penerapan Kurikulum Merdeka dan peningkatan akses pendidikan melalui program wajib belajar, masih banyak tantangan yang perlu diatasi. Beberapa di antaranya adalah kesenjangan kualitas pendidikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan, ketersediaan tenaga pendidik yang berkualitas, serta akses terhadap teknologi pendidikan yang merata.

Semua tantangan dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari peran penting seorang guru yang menjadi ujung tombak dalam implementasi pendidikan di Indonesia. Namun seringkali kesejahteraan para guru tidak diperhatikan dengan baik. Terbukti dari masih banyaknya guru-guru honorer di Indonesia. Seringkali kita mendengar bahwasannya gaji guru honorer terbilang kecil dan dinilai sangat kurang.

Melihat perkembangan pendidikan di Indonesia saat ini tentunya peran seorang guru dalam keberhasilan dunia pendidikan sangat krusial. Guru memiliki peran sentral dalam dunia pendidikan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Sebagai ujung tombak dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya bertugas mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter, keterampilan, dan mentalitas siswa yang akan menentukan masa depan bangsa.

Kadang kala guru tidak hanya bertugas mengajar para siswa, guru juga dapat berperan menjadi orang tua kedua bagi para muridnya. Di negara-negara maju peran guru sangat menentukan bagi kemajuan bangsa dan negara, salah satunya adalah negara Jepang. Negara ini sangat menghargai profesi seorang guru.

Di Indonesia sendiri menjadi seorang guru ialah hal yang kurang diminati bagi para generasi muda, generasi muda saat ini tengah berlomba-lomba untuk bekerja sebagai karyawan di perusahaan-perusahaan besar karena gaji dan kejelasan karier yang lebih menjanjikan. Terbukti dari banyaknya minat generasi muda masuk ke sekolah-sekolah kejuruan.

Di wilayah 3T sendiri banyak generasi muda yang memilih bekerja di kota dan meninggalkan desa. Selain itu kurangnya minat menjadi guru membuat beberapa wilayah kekurangan tenaga pengajar yang mengakibatkan beberapa guru juga harus menguasai bidang lain. Misal seorang guru bahasa Indonesia juga harus mengajar matematika. Hal ini dapat menyebabkan penurunan mutu pendidikan di wilayah tersebut.

Ketersediaan tenaga pengajar yang terbatas inilah yang membuat sekolah-sekolah mempekerjakan guru-guru honorer. Guru honorer dituntut untuk dapat mengajar di sekolah yang kekurangan tenaga pengajar. Namun gaji yang didapat oleh guru honorer terkesan sangatlah kurang dari cukup. Para guru honorer sering kali harus berjualan setelah mereka pulang dari pekerjaannya di sekolah. Belum lagi jika pekerjaannya itu menumpuk, maka pekerjaannya akan dibawa ke rumah.

Hal ini menjadi tantangan bagi seorang guru honorer, sebab di samping kewajibannya untuk mengajar, mereka juga dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan gaji yang serba kekurangan, mereka harus memutar otak untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Di samping itu, guru honorer adalah pahlawan tidak dikenal di dunia pendidikan Indonesia saat ini. Karena tak jarang banyak guru honorer yang mengabdikan dirinya sampai belasan tahun di sekolah, namun tidak kunjung diangkat menjadi seorang PNS. Sehingga mereka tidak mendapatkan gaji yang mencukupi dan tidak mendapatkan hak-hak istimewanya sebagai seorang pengajar.

Melihat kondisi seperti ini, diharapkan pemerintah lebih memberi perhatian terhadap tenaga-tenaga pendidik yang ada di Indonesia terutama yang berada di pelosok negeri untuk menjamin kelangsungan hidup mereka dengan memberikan hak dan fasilitas layak terhadap guru-guru honorer yang belum PNS. Setidaknya supaya diperhatikan taraf hidup para tenaga pengajar honorer ini sebelum nantinya diangkat menjadi PNS dengan berbagai prosedur yang ada saat ini.

Dengan demikian, sudah saatnya pemerintah memerhatikan nasib guru-guru honorer, terutama bagi mereka yang telah sejak lama mengabdi kepada sekolah agar segera diangkat menjadi PNS mengingat kontribusi dan pengabdian mereka kepada negara dan dunia pendidikan yang sangat besar. Selain itu pemerintah harus lebih banyak menyediakan rekrutmen atau penyeleksian terhadap calon-calon guru PNS dalam formasi CASN/CPNS dengan sistem seleksi yang lebih dipermudah. Diharapkan dengan adanya kesempatan yang sedemikian itu para calon guru dapat terjamin kehidupannya serta nasib guru honorer dan pendidikan Indonesia lebih ter perhatikan.

Rifky Afriazi
Rifky Afriazi
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.