Sabtu, Desember 21, 2024

Mahasiswa dan Filsafat: Antara Berpikir Kritis dan Krisis Berpikir

Fajar Mahotra
Fajar Mahotra
Mahasiswa kupu-kupu.
- Advertisement -

Filsafat sebagai induk segala ilmu memiliki kedudukan yang sangat krusial dalam dunia intelektual. Selain sebagai pijakan berpikir logis, filsafat juga menuntut seseorang untuk berpikir kritis. Berpikir kritis menurut Wijaya (2010) adalah aktifitas menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakan secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji, mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna.

Sementara itu menurut Purwanto (2007), berpikir kritis adalah suatu keaktifan pribadi seseorang yang mengakibatkan penemuan terarah terhadap suatu tujuan. Manusia berpikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian yang dikehendakinya.
Maka, berpikir kritis dapat diartikan sebagai sebuah aktifitas untuk menganalisis dan mengkaji secara spesifik dengan arah yang jelas untuk mendapatkan pemahaman atau pengertian yang dikehendakinya.

Berpikir Kritis

Berpikir kritis akan mendorong seseorang untuk tidak mudah percaya kepada setiap kabar yang datang, setiap informasi yang tersebar dan menjadikannya lebih hati-hati. Dalam hal ini mahasiswa, di tuntut untuk mampu berpikir secara kritis agar mampu mengolah suatu permasalahan, mengkaji, menganalisis, sehingga dengan itu mampu memberikan solusi dan jalan keluar bagi permasalahan yang ada.

Mahasiswa akan turun ke masyarakat, maka ia harus mampu berpikir kritis. Karena persolan masyarakat lebih kompleks dibandingkan permasalahan yang dihadapi saat duduk di kursi perkuliahan. Mahasiswa yang kritis juga memiliki kreativitas yang tinggi serta mampu menganalisis ide atau teori dan mengevaluasinya.Ketika mahasiswa mampu menerapkan pola pikir yang kritis, dia akan mampu menfilter setiap informasi yang ada atau isu yang sedang diperbincangkan, sehingga akan lebih hati-hati dan tidak mudah jatuh ke lembah fitnah atau hoax.

Berpikir kritis akan lebih mendahulukan logika daripada perasaan atau emosi, sehingga mahasiswa akan lebih hati-hati dan teliti. Contohnya, pada beberapa tahun yang lalu viral sebuah video yang di sebut dengan babi ngepet, Mahasiswa yang kritis tidak akan percaya begitu saja. Atau permasalahan tentang covid-19 beberap tahun lalu, tersiar informasi bahwa covid-19 telah hilang dari muka bumi, dan banyak diperbincangkan oleh kalangan masyarakat.

Mahasiswa yang kritis tidak akan mudah percaya, karena itu bukan fakta dan tidak ada pembuktian secara ilmiah meskipun secara kuantitas sosial masyarakat memperbincangkannya.

Krisis Berpikir

Banyak sekali manfaat dan kegunaan berpikir kritis bagi mahasiswa. Namun, berpikir kritis harus diiringi dengan argumentasi yang kuat serta ilmu pengetahuan. Sebab, tidak sedikit mahasiswa yang ingin diberikan cap sebagai mahasiswa yang kritis, padahal hakikatnya bukan kritis melainkan krisis.

Krisis berpikir yang saya maksud ialah, mahasiswa tidak menguasai secara konsep suatu permasalahan atau isu, dan ingin langsung terjun ke meja perdebatan. Tidak menguasai ilmu pengetahuan secara dasar atau secara konsep, dapat menjatuhkan mahasiswa itu sendiri dalam berdiskusi. Maka mahasiswa selain banyak membaca, perlu penguasaan konsep suatu isu atau permasalahan agar berpikir kritis itu teraplikasikan dengan baik.

Sebagai contoh, beberapa tahun lalu saat Menkopolhukam, Prof. Mahfud, MD,. memberikan kuliah umum bertema Diskusi Kebangsaan di salah satu perguruan tinggi di Sumatera Barat. Ada salah satu mahasiswa yang mencoba untuk kritis dihadapan para audiens dengan mengangkat isu Omnibuslaw. Dia mengatakan bahwa ia dan rekan-rekannya menolak Omnibuslaw dengan resonansi intelektual nya. Setelah itu, Prof. Mahfud balik bertanya apakah ia tahu apa itu Omnibuslaw. Dan ternyata dia tidak tahu, kemudian di jelaskan bahwa Omnibuslaw adalah sebuah ilmu yang memayungi beberapa undang-undang.

Dari sana kita dapat ambil pelajaran, bahwa berpikir kritis harus dibarengi dengan ilmu pengetahuan, minimal konsep atau istilah dasar sehingga ketika akan berdiskusi atau berdebat kita mampu memberikan argumentasi yang kuat. Maka sekali lagi, krisis berpikir akan mengantarkan kita kepada kebodohan. Ilmu pengetahuan dan literasi akan mengantarkan kepada berpikir kritis, sebaliknya jika berpikir kritis tidak dibarengi dengan ilmu pengetahuan atau literasi maka hakikatnya kita sedang krisis berpikir.

- Advertisement -

Kesimpulannya, dapatlah kita tarik benang merah bahwa berpikir kritis itu sangat penting dan memiliki keutamaan yang besar bagi mahasiswa karena mereka akan terjun ke masyarakat. Maka perlu pikiran kritis untuk menyelesaikan setiap persoalan. Tapi, harus diiringi dengan ilmu pengetahuan, jika tidak maka kekacauan akan datang karena hakikatnya bukan berpikir kritis melainkan krisis berpikir.

Fajar Mahotra
Fajar Mahotra
Mahasiswa kupu-kupu.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.