Minggu, November 24, 2024

Perubahan Paradigma atau Sekadar Bualan Para CEO? [Bag-1]

Jalal
Jalal
Provokator Keberlanjutan. Reader on Corporate Governance and Political Ecology Thamrin School of Climate Change and Sustainability, Jakarta. Bukunya berjudul "Mengurai Benang Kusut Indonesia" akan segera terbit.
- Advertisement -

Tanggal yang Bakal Terus Diingat Dunia Bisnis

Lewat beberapa hari setelah pertengahan Agustus 2019, tepatnya di tanggal 19, dunia bisnis dikejutkan lewat sebuah pernyataan yang ditandatangani 181 CEO dari perusahaan-perusahaan paling terkemuka di Amerika Serikat. Statement on the Purpose of a Corporation, begitu judul pernyataan yang dibuat, sebetulnya adalah sebuah dokumen yang secara rutin dikeluarkan dan ditandatangani oleh para CEO di sana yang tergabung dalam organisasi Business Roundtable. Lalu, apa istimewanya kali ini?

Saya memutuskan untuk menuliskannya lantaran yakin memang ini adalah peristiwa istimewa yang bakal terus dikenang.

Sejak tahun 1978 Business Roundtable selalu mengeluarkan pernyataan soal tata kelola perusahaan. Tata kelola, yang kurang lebih berarti proses terkait relasi dan pengambilan keputusan, pastilah dipandu oleh apa yang disepakati sebagai tujuan. Dan, sejak 1997, apa yang dinyatakan sebagai tujuan perusahaan oleh Business Roundtable dinyatakan secara terang-terangan sebagai melayani kepentingan pemilik modal, alias shareholder primacy.

Apa itu kepentingan pemilik modal? Maksimisasi keuntungan—menurut banyak pendapat.  Jadi, apa pun relasi yang dijalankan perusahaan, apa pun keputusan yang diambil perusahaan, dinyatakan untuk memastikan bahwa pemilik modalnya mendapatkan keuntungan maksimal.

Sesungguhnya hal tersebut—pernyataan tegas bahwa para CEO itu menganut shareholder primacy—agak mengherankan saya. Penganjur pendekatan tersebut, Milton Friedman, menuliskan manifestonya pada 13 September 1970. Artikel berjudul “The Social Responsibility of Business is to Increase Its Profits” yang terbit di The New York Times itu mungkin adalah artikel opini paling berpengaruh sepanjang masa. Kalau pada tahun 1997 para CEO itu baru menyatakan persetujuannya secara kolektif, mungkin hanya soal merasa perlu untuk membuatnya eksplisit. Praktiknya sendiri mungkin secepat selesai dibacanya artikel Friedman itu.

Artikel itu sendiri menjadi luar biasa populer, menurut banyak pakar, lantaran disikapi sebagai justifikasi keserakahan para pemilik modal. Mereka yang menjustifikasi keserakahannya itu kemudian kerap memanfaatkan kalimat terkenal dari Gordon Gekko, tokoh fiktif yang diperankan oleh Michael Douglas di film Wall Street, Greed is good.”

Karena justifikasi keserakahan itu, mereka cenderung melupakan apa yang ditulis pada paragraf terakhir artikel Friedman: “…there is one and only one social responsibility of business—to use its resources and engage in activities designed to increase its profits so long as it stays within the rules of the game, which is to say, engages in open and free competition without deception or fraud.”  [Penekanan saya tambahkan.]

Sejarah maksimisasi keuntungan jelas adalah sejarah yang penuh fraud.  Apakah maksimisasi keuntungan juga membuat kompetisi yang terbuka dan bebas? Tidak.  Pada penghujung tahun lalu Denise Hearn dan Jonathan Tepper menerbitkan buku yang sangat terpuji, The Myth of Capitalism, yang secara gamblang membuktikan bahwa para kapitalis yang sudah sukses menumpuk kekayaan cenderung untuk menghilangkan kompetisi.

Mereka, meminjam istilah ekonom Ha-Joon Chang, menendang tangga yang sudah membuat mereka sampai di atap. Apakah mereka patuh pada aturan? Tidak juga. Mereka selalu ingin menulis aturan yang menguntungkan mereka sendiri, lewat pengaruh-pengaruh buruk terhadap para pembuat kebijakan dan regulasi.

Seorang profesor manajemen berusia 33 tahun, Edward Freeman, sesungguhnya menuliskan buku yang menantang dominasi pemikiran Friedman di tahun 1984, Strategic Management: A Stakeholder Approach. Alih-alih menyatakan bahwa tujuan dari perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan bagi pemilik modalnya, Freeman menyatakan bahwa tujuan perusahaan adalah memenuhi atau bahkan melampaui ekspektasi seluruh pemangku kepentingannya—di mana pemilik modal adalah salah satunya saja. Freeman percaya bahwa keuntungan hanyalah by product atau hasil sampingan dari kesuksesan perusahaan mencapai tujuan itu.

- Advertisement -

Tetapi dunia bisnis seakan bergeming. Pendirian Freeman tampak tak digubris di ruang-ruang direksi selama dua dekade, walau keserakahan telah membuat krisis ekonomi global beberapa kali sejak dinyatakan sebagai pemandu operasi perusahaan, juga ribuan perusahaan terjungkal akibat tindakan-tindakan tak terpuji yang mereka lakukan sendiri.

Ratusan artikel dan buku ditulis untuk membela pendirian Freeman tak membawa perubahan berarti, sampai kemudian di tahun 2003 Raj Sisodia, David Wolfe, dan Jagdish Sheth menuliskan buku Firms of Endearment. Mereka menyajikan bukti tak terbantahkan bahwa perusahaan-perusahaan yang mengikuti pendirian Freeman memang jauh lebih menguntungkan dibandingkan rerata, bahkan dibandingkan mereka yang masuk daftar Good to Great dari Jim Collins sekalipun.

Lalu, apakah kemudian dunia bisnis langsung mencampakkan doktrin Friedman dan memeluk pendirian Freeman? Tidak juga. Tetapi, perlahan namun pasti, Freeman memenangkan pertarungan wacana. Kita juga bisa melihat bahwa Freeman dan para pendukungnya sedang tertawa lebar lantaran apa yang terjadi di tanggal 19 Agustus lalu itu.

Bagian berikut dari tulisan ini, Pernyataan tentang Tujuan Perusahaan, adalah hasil terjemahan saya atas pernyataan yang ditandatangani oleh 181 CEO, termasuk dari Amazon, Apple, AT&T, Bank of America, Bayer, Blackrock, Boeing, BCG, BP, Caterpillar, Chevron, Cisco, Citigroup, Coca-Cola, ConocoPhillips, CVS, Dell, Deloitte, ExxonMobil, Fedex, Ford, Freeport-McMoRan, General Motors, Goldman Sachs, Johnson & Johnson, JP Morgan Chase, KPMG, Mastercard, Morgan Stanley, Nasdaq, Oracle, Pepsico, Pfizer, Procter & Gamble, PWC, SAP, Sempra Energy, Siemens, United Airlines, UPS, Vanguard, Visa, Walmart, dan Xerox.

Pernyataan tentang Tujuan Perusahaan

Rakyat Amerika layak mendapatkan ekonomi yang memungkinkan setiap orang untuk berhasil, melalui kerja keras dan kreativitas dan untuk menjalani kehidupan yang penuh makna dan martabat. Kami percaya sistem pasar bebas adalah cara terbaik untuk menghasilkan pekerjaan yang baik, ekonomi yang kuat dan berkelanjutan, inovasi, lingkungan yang sehat dan peluang ekonomi untuk semua.

Bisnis memainkan peran penting dalam perekonomian dengan menciptakan lapangan kerja, mendorong inovasi, dan menyediakan barang dan jasa penting. Bisnis membuat dan menjual produk kepada konsumen; membuat peralatan dan kendaraan; mendukung pertahanan nasional; menumbuhkan dan menghasilkan makanan; memberikan perawatan kesehatan; menghasilkan dan menghantarkan energi; dan menawarkan jasa keuangan, komunikasi, dan lainnya yang mendukung pertumbuhan ekonomi.

Sementara setiap perusahaan memiliki tujuan masing-masing, kami berbagi komitmen mendasar kepada semua pemangku kepentingan kami. Kami berkomitmen untuk:

  • Memberikan nilai kepada pelanggan kami. Kami akan memajukan tradisi perusahaan-perusahaan Amerika yang memimpin dalam pemenuhan atau bahkan pelampauan ekspektasi
  • Melakukan investasi pada karyawan kami. Ini dimulai dengan memberikan kompensasi secara adil dan memberikan beragam manfaat penting. Hal ini juga termasuk mendukung mereka melalui pelatihan dan pendidikan yang membantu mengembangkan keterampilan baru untuk dunia yang berubah dengan cepat. Kami mendukung keragaman dan inklusi, martabat, dan rasa hormat.
  • Mengembangkan hubungan yang adil dan etis dengan pemasok kami. Kami berdedikasi untuk melayani sebagai mitra yang baik bagi perusahaan lain, besar dan kecil, yang membantu kami memenuhi misi kami.
  • Mendukung komunitas tempat kami bekerja. Kami menghormati orang-orang di komunitas kami dan melindungi lingkungan dengan menegakkan praktik-praktik berkelanjutan di seluruh bisnis kami.
  • Menghasilkan nilai jangka panjang bagi pemegang saham, yang menyediakan modal yang memungkinkan perusahaan untuk berinvestasi, tumbuh, dan berinovasi. Kami berkomitmen untuk menegakkan transparansi dan melakukan pembinaan hubungan yang efektif dengan pemegang saham.

Setiap pemangku kepentingan kami sangatlah penting. Kami berkomitmen untuk memberikan nilai kepada mereka semua, untuk kesuksesan masa depan perusahaan kami, komunitas kami dan negara kami. (Bersambung)

Bacaan terkait

Mengekang Syahwat Senayan atas “Dana CSR”

Bisnis dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan: Lawan atau Kawan?

Tentang Orang-orangan yang Gila Duit dan Gila Kuasa

Jalal
Jalal
Provokator Keberlanjutan. Reader on Corporate Governance and Political Ecology Thamrin School of Climate Change and Sustainability, Jakarta. Bukunya berjudul "Mengurai Benang Kusut Indonesia" akan segera terbit.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.