Senin, Desember 30, 2024

Salut untuk Pembakar Ijazah UGM

Sanna Sanata
Sanna Sanata
Dukung saya agar bisa terus menulis dengan membeli produk-produk di linktr.ee/tokosaya
- Advertisement -

Para pendukung gerakan #KitaAgni belakangan dihebohkan oleh seorang pria yang mengaku alumni UGM yang membakar ijazahnya. Ia mengunggah aksinya tersebut di akun Facebooknya dan saat ini viral di banyak grup.

Terlihat nama Arfiantriono Hartoadi di ijazah tersebut sama seperti nama akun Facebooknya. “Nih lihat, saya alumni UGM dan saya malu!!!” begitu yang Ia ucapkan sebelum membakar ijazahnya. Ia juga mengunggah foto dengan memegang kertas yang bertuliskan dukungan kepada Agni (nama samaran), mahasiswi UGM penyintas kekerasan seksual.

Apa yang dilakukan oleh pembakar ijazah tersebut sungguh tidak terpikirkan oleh banyak orang. Karena di kolom komentar unggahannya itu banyak yang bernada sinis, tak jarang pula warganet yang merundungnya.

Banyak warganet yang mempermasalahkan ijazah yang dibakar sehingga pesan yang akan ditunjukkan oleh pembakar ijazah gagal tersampaikan. Sehingga Ia perlu mempertegas keterangan di unggahannya tersebut. “Ok baiklah, ternyata tujuanku bikin postingan ini sudah melenceng dari harapanku yaitu menggiring perhatian netizen pada kasus perkosaan Agni, tapi ternyata netizen lebih fokus pada pembakaran ijazahku. Terlalu banyak orang yg menganggap pembakaran ijazah itu lebih genting daripada perkosaan.”

Kasus tersebut terjadi setahun yang lalu saat Agni melakukan KKN di pulau Seram, pelaku adalah rekan KKN penyintas. Tentang liputan kasus ini telah disediakan oleh pers kampus Balairung dengan  judul “Nalar Pincang UGM atas Kasus Perkosaan” Diterbitkan tanggal 5 November 2018. Liputan ini menjadi viral dan menumbuhkan banyak dukungan untuk Agni.

Penanganan kasus tersebut oleh UGM sebagai pihak yang bertanggungjawab sampai saat ini belum menemui titik cerah. Ditambah lagi Rektor UGM menyatakan ingin memberikan masa depan kepada pelaku. Hal ini dirasa akan menambah beban penyintas karena penanganan kasusnya lama dan apa yang dilakukan pelaku adalah tindakan kriminal sehingga tidak ada keadilan yang didapatkan penyintas jika meluluskannya.

Ijazah perguruan tinggi adalah salah satu barang yang paling diinginkan oleh masyarakat. Apalagi ijazah dari UGM, salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Memiliki ijazah UGM merupakan kebanggaan tersendiri karena masuk dan lulus dari UGM itu sulit.

Memiliki ijazah UGM juga dipandang sebagai barang berharga bagi pemiliknya karena sebagai bukti balas budi anak kepada orang tua yang telah membiayainya kuliah. Walaupun demikian, pembakar ijazah tersebut menganggap ijazahnya tidak lebih berharga dari tuntasnya penanganan kasus kekerasan seksual yang terjadi lagi di UGM.

Untuk pertama kalinya UGM “diserang” oleh banyak orang dan viral di dunia maya. Kasus-kasus lain yang menimpa UGM sangat sulit menguliknya karena seakan mereka menutup pintunya. Apa yang dilakukan pembakar ijazah tersebut sangat bisa dipahami. Selain agar orang-orang berani “melawan” UGM untuk menegakkan keadilan juga ada transparansi dalam penanganan kasusnya. Apalagi banyak yang mempermasalahkan gerakan #KitaAgni karena terjebak pada rape culture dan malah menyalahan penyintas, termasuk staf UGM yang terjun langsung di TKP.

Sebagian besar orang yang memiliki ijazah perguruan tinggi menggunakannya untuk mendapatkan pekerjaan. Memang hal itulah yang diinginkan calon mahasiswa sebelum masuk bangku kuliah. Namun pembakar ijazah itu tidak membutuhkannya, hal itu menampar keras para pemilik ijazah terutama ijazah UGM.

- Advertisement -

Hal itu menjadi bukti nyata dari ungkapan “Ijazah adalah tanda bahwa kita pernah sekolah bukan tanda bahwa kita pernah berpikir.” Karena dalam penanganan kasus pelecehan seksual ini, UGM telah mengabaikan keadilan dengan tidak memberikan sanksi yang berat kepada pelaku tindakan kriminal.

Pendidikan yang baik adalah yang berpihak kepada keadilan sehingga pendidikan yang dilakukan tidak hanya mengajak berpikir para pelakunya tetapi juga melindungi yang lemah dan menghukum yang melanggar peraturan. Pembakar ijazah tersebut seakan ingin meneriakkan untuk apa memiliki gelar sarjana di UGM jika tidak mampu memenuhi fungsi pendidikan tersebut.

Lagi pula para alumnus UGM telah berjanji saat kelulusan, yang mana janji ini terlampir menjadi satu bersama ijazahnya dalam bentuk Panca Prasetia. Atau janji di dalam Himne Gadjah Mada, di mana keduanya memiliki makna agar para pemilik ijazah mengabdi kepada masyarakat. Jika pemilik ijazah tidak terbersit sedikitpun mengabdi ke masyarakat, tampaknya mereka tidak memahami sesungguhnya untuk apa belajar di perguruan tinggi. Pemilik ijazah yang bekerja mementingkan dirinya sendiri akan kesulitan memahami pembakaran ijazah tersebut.

Karena seharusnya memiliki ijazah perguruan tinggi mampu menghibahkan dirinya untuk masyarakat bukan mempertahankan ijazahnya. Dalam arti yang lain suatu saat pemilik ijazah seharusnya siap kehilangan ijazahnya untuk kepentingan yang lebih besar.

Mungkin saja pembakar ijazah terinspirasi dari Agni. Nama samaran yang ditentukan sendiri oleh penyintas, yakni Agni, bukan memilih nama-nama bunga yang mudah layu. Agni atau Geni dalam bahasa jawa artinya api yang membara.

Maka berhati-hatilah jika berhadapan dengan Agni karena dengan api yang membara sulit dipadamkan. Selain itu dukungan #KitaAgni melalui petisi dan penyerahkan nomor induk mahasiswa atau karyawan ke gerakan tersebut juga semakin besar. Agni tidak lemah karena ia bersama ratusan ribu orang dan terus bertambah setiap harinya, menambah bara api yang semakin berkobar. Sebagai buktinya, Ijazah UGM sebagai simbol rezim pendidikan yang tidak berpihak kepada keadilan telah terbakar oleh semangat gerakan tersebut.

Selamat kepada pembakar ijazah UGM. Anda telah berada pada tingkat intelektualitas yang tertinggi, yang tidak bergantung pada selembar kertas ijazah. Yakni intelektualitas yang berpihak kepada yang lemah dan menuntut hukuman yang berat kepada pelanggar hukum meskipun pelaku ada pada institusi yang sama. Karena keadilan tidak mengenal tempat dan siapa yang harus dihukum.

Sanna Sanata
Sanna Sanata
Dukung saya agar bisa terus menulis dengan membeli produk-produk di linktr.ee/tokosaya
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.