Kamis, April 25, 2024

Dari Mikasa, Kita Belajar Arti Cinta yang Sebenarnya

Daniel Kalis
Daniel Kalis
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Pada tanggal 9 Maret kemarin, manga Attack on Titan chapter 138 telah resmi dirilis. Chapter yang berjudul “A Long Dream” atau “Mimpi yang Panjang” ini sukses menjadi trending di media sosial, salah satunya Twitter. Hal ini tidak mengherankan karena hype terhadap Attack on Titan memang sedang tinggi-tingginya.

Ditambah lagi, chapter 138 kali ini memberi sebuah kejutan luar biasa bagi para pembacanya. Sebelum lanjut, artikel ini akan mengandung spoiler berat bagi yang hanya menonton animenya. Jadi, buat yang hanya menonton animenya saya sarankan untuk tidak membaca artikel ini.

Manga Attack on Titan chapter 138 bercerita tentang kejadian setelah founding titan Eren berhasil diledakkan oleh Armin. Ternyata, setelah ledakan terjadi Eren belum mati dan berubah ke wujud titan yang lain. Ia kemudian bertarung dengan Armin yang dibantu oleh Mikasa dan Levi. Pada bagian akhir, Hajime Isayama selaku kreator manga ini membuat sebuah kejutan luar biasa. Eren Yeager berhasil dibunuh oleh orang yang paling dekat dengan dirinya, yakni Mikasa Ackerman. Sungguh sesuatu yang tidak disangka-sangka oleh para fans.

Terbunuhnya Eren oleh Mikasa ini menjadi sesuatu yang amat menarik. Bagi para penonton Attack on Titan dari season pertama, pasti mengetahui betapa dekatnya mereka berdua sejak kecil. Eren dan Mikasa adalah dua orang yang nyaris tidak terpisahakan, di mana ada Eren di situ pasti ada Mikasa.

Semenjak Eren menyelamatkan Mikasa dari sekelompok orang yang ingin menjual dirinya, sekaligus membangkitkan insting Ackermannya, Mikasa bertekad untuk selalu melindungi Eren. Menjadi sebuah ironi besar ketika Mikasa justru membunuh orang yang semestinya ia lindungi. Namun, Mikasa sekaligus mengajari kita arti cinta yang sesungguhnya.

Cinta Mikasa dan Kesetiaan Sampai Akhir

Pernah dengar ungkapan “cinta sampai mati?” Nah, kiranya itulah ungkapan paling tepat yang menggambarkan cinta Mikasa kepada Eren. Saking cintanya, sesaat setelah ia memenggal kepala Eren, ia langsung menciumnya. Sungguh adegan yang romantis, sadis, dan sedih di saat yang bersamaan.

Mungkin banyak dari kalian yang bertanya-tanya, apakah membunuh kekasih sendiri adalah sebuah kesetiaan? Bukankah itu sebuah pengkhianatan? Apa iya masih bisa disebut cinta? Mari kita bahas satu per satu.

Saya selalu percaya bahwa level tertinggi mencintai adalah dengan merelakan dia untuk sesuatu yang lebih baik. Kata kuncinya adalah “merelakan”. Kalau cinta berarti memiliki, rasanya itu hal yang biasa. Setiap orang yang jatuh cinta pasti kemudian akan mempunyai keinginan untuk memiliki. Namun, memilih untuk merelakan demi sesuatu yang lebih baik atau lebih besar adalah hal yang tidak semua orang bisa.

Dalam hal ini, Mikasa memilih merelakan Eren demi keselamatan umat manusia. Bayangkan seberat apa beban yang ditanggung Mikasa. Ia harus memilih antara orang yang amat dicintainya atau keselamatan umat manusia yang tersisa.

Mikasa sebenarnya bisa saja memilih untuk tidak membunuh Eren dan membiarkan rumbling aktif kembali hingga memusnahkan semua manusia yang tersisa. Namun dengan kebijaksanaan yang luar biasa, Mikasa tidak memilih opsi ini. Ia memilih membunuh orang yang amat dicintainya. Suatu pengorbanan yang saya akui sangat luar biasa.

Dalam hidup, kita kadang terbutakan oleh cinta. Sering kita lihat orang yang rela menjual barang yang dimilikinya atau meminjam ke bank hanya untuk memberi hadiah orang yang dicintainya. Ada juga yang membela kekasihnya mati-matian padahal dia sudah terbukti bersalah. Cinta terkadang membuat kita tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Padahal kalau kita ingat, sesaat sebelum membunuh, Mikasa sempat masuk ke semacam ingatan lain. Di ingatan itu, dirinya hidup berdua dengan Eren di tempat terpencil. Pada ingatan itu, Eren menawari Mikasa untuk tinggal di sana dan hidup bersama Eren sampai kematiannya yang tinggal empat tahun lagi. Setelah itu, Mikasa bisa melupakannya dan hidup bebas. Jika saja Mikasa menyetujui hal ini, maka ia akan terjebak di sana selamanya dan rumbling akan berjalan sampai tuntas.

Terakhir, lambang kesetiaan Mikasa pada Eren adalah penggunaan syal yang dulu diberikan oleh Eren saat mereka masih anak-anak. Hal ini menandakan bahwa Mikasa tetap mengingat dan mencintai Eren sampai akhir hayatnya.

Artikel ini akan ditutup dengan kata-kata terakhir Mikasa kepada Eren, “Selamat tinggal Eren, pemuda yang mencari kebebasan.”

Daniel Kalis
Daniel Kalis
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.